Selasa, 02 November 2010

Best Place

saya hadir dengan ff oneshoot saya, ini ff oneshoot perdana saya, maap kalo jadinya gaje =_=
gak pernah buat oneshoot..
dan baru kali ini buat yang genrenya sad..
maap maap aja sebelomnya kalo jadinya malah sama sekali gak sedih *bow 700 derajat*


~@~@~@~@~

cast: Hye Gi -->OC
Key --> as his self
Onew --> cuma ada namanya sebenernya, org nya kagak sempet muncul hahhaa


-Hye Gi pov-

Aku terbaring lemas di kasur ku. sudah sekian lama ku tunggu datangnya hari ini. akhirnya datang juga… biar orang berusaha untuk menyembuhkan ku dari penyakit ini, tapi justru inilah yang ku inginkan. Aku senang saat mengetahui bahwa aku gagal ginjal. Itu tanda nya tidak lama lagi aku akan pergi meninggalkan dunia fana ini. semua orang berpikir aku menyedihkan. Mereka salah… inilah keinginan ku… sebentar lagi aku akan bisa bersama mereka lagi…



Akhirnya…

"That's enough I've grown sick of you." Those words sound like lies to me (They must all be lies). Just by looking at your eyes I can tell. Time will pass but I can't forget you.

*Flashback 2 years ago*

“Kita tidak bisa begini terus. Aku lelah harus bersama mu. kita sudahi saja.” ujarnya sangat dingin. Kenapa dia bisa kembali seperti dulu lagi? Ada apa dengannya? aku hanya menatapnya sambil menetes kan air mata dan terengah-engah.

Setelah berlarian mengejar sosoknya… dia justru mengatakan ingin pisah? Setelah ia membuang wajahnya ketika melihatku…… dia mengucapkan kata-kata itu?

“W… waeyo…?” aku berusaha untuk mengeluarkan suaraku.
“Aku sakit melihat mu.” ia mengucapkan itu masih dengan membuang wajahnya.

Karena itu kah ia tidak mau melihat ku sekarang?? Aku terdiam… masih menatap dirinya. Biar ia berkata begitu… mengapa ia terlihat seakan menyimpan kesakitan amat mendalam? Harusnya aku yang terlihat begitu…

“Bisa kau melihat ku sekarang?” tanyaku padanya.
“Tidakkah ku bilang aku sakit melihatmu?”
“Untuk yang terakhir… aku akan melepasmu… tapi tolong…… lihat diriku saat ini, Ki Bum…”

Ia terlihat ragu untuk memalingkan wajah padaku. tapi beberapa detik kemudian, dengan yakin ia menatap ku dengan tatapan yang dingin. Sama seperti pertama kali aku melihat dirinya. Aku balas menatapnya. Tidak…… itu bukan dingin…… ia memaksakan untuk menatapku dingin… hey Ki Bum… tidakkah kau sadar kalau aku sudah sering melihat tatapan mu yang aslinya??

Aku hanya tersenyum.

“Baiklah………… aku tidak tahu apa alasanmu. Tapi aku ingin kau tahu satu hal… aku tidak akan pernah melupakanmu. Aku akan terus mencintai mu, sekalipun kau melarangku. Aku akan terus menyimpan cinta ini rapat-rapat dihatiku.” Ujarku sambil masih tersenyum dan masih menitikkan air mata.

“Annyeong. Ki Bum… ah anni… annyeong Key-sshi.” Aku menunduk dan pamit padanya. Lalu berlari menjauh darinya. Ki Bum…… apakah suatu saat nanti aku akan berlari lagi kearahmu? Atau itu memang tidak mungkin terjadi lagi…?

-Key pov-

Tidak bisa… aku tidak bisa menatapnya. Mengatakan ini semua saja rasanya sangat sulit. Rasanya seperti aku menggunting lidah ku sendiri. Apa lagi menatap dirinya? Bisa-bisa pertahanan ku runtuh.

Aku sudah menyiapkan ini semua sejak seminggu yang lalu… masa ini semua akan jadi sia-sia? Aku sudah menyiapkan diriku untuk berpisah darinya… tapi aku yakin aku akan langsung memeluknya saat menatapnya. Melihat air matanya… membuat aku ingin juga mengeluarkannya bersamanya.

Tapi kau harus meyakinkannya… ia harus pergi jauh darimu… kau tidak boleh menahannya Key… lepaskan dia dan biarkan ia bersama orang lain yang akan membuatnya jauh lebih bahagia.

Aku pun memberani kan diri untuk menatapnya. Kulihat wajahnya basah karena air matanya. Napasnya juga masih terengah-engah karena habis berlari mengejar diriku tadi. Kami saling tatap dalam diam. aku berusaha untuk menatapnya dingin. Dia harus melihat ada sebuah kebencian dari mataku, walau sebenarnya aku sendiri tidak bisa menemukan kebencian kepadanya dihatiku.

Tapi tiba-tiba ia tersenyum. Senyuman manis yang selalu membuatku semakin mencintainya saat melihatnya. Cukup… hentikan senyuman mu itu Hye Gi. Aku tidak bisa melihat itu… aku ingin memelukmu sekarang… tapi tidak boleh…… aku tidak bisa… jadi hentikan…

“Baiklah………… aku tidak tahu apa alasanmu. Tapi aku ingin kau tahu satu hal… aku tidak akan pernah melupakanmu. Aku akan terus mencintai mu, sekalipun kau melarangku. Aku akan terus menyimpan cinta ini rapat-rapat dihatiku.”

“Annyeong. Ki Bum… ah anni… annyeong Key-sshi.” Ia menunduk dan langsung berlari… menjauh dari ku. semakin lama bayangannya semakin kecil karena menjauh… sampai akhirnya aku tidak bisa lagi melihatnya.

Kenapa kau masih mau menyimpan perasaan itu, Hye Gi? Kenapa kau tidak marah padaku?? bahkan sekarang pun kau tidak bisa marah padaku?? Bukankah aku sudah membuatmu menangis? Bukan kah aku sudah menyakitimu? Apa aku kurang menyakitimu? Apa sebaiknya tadi aku bilang kalau aku sangat membencimu? Apa sebaiknya aku mengatakan kalau aku tidak pernah mencintai mu sedetikpun? Apa seharusnya aku mengatakan bahwa hubungan kita selama ini hanya pura-pura agar aku bisa senang? Apa seharusnya begitu?? Apa biar aku mengatakan itu kau akan tetap mencintaiku??

Hye Gi… kau tidak tahu betapa sakitnya hati ku harus mengucapkan kata benci untukmu… aku sendiri juga tidak mau berpisah darimu. Aku sangat mencintai mu, sangat, sangat mencintai mu…… ingin sekali ku hentikan lari mu… aku tidak ingin melihatmu menjauh… selangkah saja kau menjauh dariku, ingin sekali ku peluk dan tak kulepas lagi agar kau tidak bisa pergi… tapi terpaksa…… aku tidak mau menyakiti mu nantinya… lebih baik sekarang…

*End of back*

Just stay by my side. You'll always be my lady. My heart with yours together. Just stay by my side. If you look only to me. You and me together forever.

-Hye Gi pov-

Kata-kata itu selalu terngiang di telingaku, seakan baru kemarin kau membisikan itu semua. Kata-kata yang mampu membuatku menyerahkan semua cinta ku tanpa sisa kepadamu.

Aku berusaha bangun dari kasurku. Ku buka lemari yang tersimpan banyak kenangan kita bersama. Ku perhatikan poto kita satu persatu… Ki Bum…… bahkan sampai saat ini aku tidak bisa melupakanmu. Kejadian itu sudah lama… tapi kau bagaikan poto ini, senyuman mu tak akan pernah terlupakan dari pikiran ku… poto ini pun tak akan pernah bisa hilang… senyuman mu di dalam poto ini tidak akan pernah bisa memudar kan?

*flashback*

“Eng…… apa ini dompet mu? aku menemukannya tadi terjatuh tepat dibelakangmu.” Aku memberikan dompet itu padanya. Dia menoleh kearahku, dan baru ku sadari…tatapannya sangat dingin dan tajam. Aku sampai tidak bisa bergerak melihatnya. Aku takut berbuat salah.

Dia mengambil dompet dari ku, membuka isinya, lalu menatapku lagi, dan berbalik badan sambil membawa dompetnya. Bahkan ia tidak menjawab pertanyaanku?

“Chakaman!!” aku tidak sadar menahannya. Ia menoleh lagi dan menatapku dengan tatapan dinginnya.
“Ada apa lagi?” akhirnya aku mendengar suaranya.
“Itu… benar milikmu?” tanya ku takut. tapi aku harus tahu kalau itu memang miliknya.
“Ne.”
“Oh… ya sudah…” dia langsung berjalan menjauh dariku lagi. Mana terimakasihnya?!! Sudah untung aku mengembalikannya!! Kalau aku mau, uang mu sudah ku gunakan semuanya, tahu!!

.: 2 minggu kemudian :.

Aku sedang lari pagi di taman, sampai akhirnya lari ku terhentikan karena aku melihat seseorang tertidur di bawah pohon. Pagi-pagi begini?? Apa dia tadinya mabuk?? Ah… lebih baik ku hindari. Tapi baru saja aku mau berlari, aku mendengar suara dari arahnya.

“Air……… kepala ku pusing… aaahh!!” teriaknya. Aku langsung menghampirinya, membukakan botol minum ku dan ku biarkan ia meminumnya. Ku lihat dari pakaiannya, sepertinya ia mau lari pagi juga. Tapi kenapa ia tiduran begitu di bawah pohon? Apa karena pusingnya? Nanti dulu… orang ini… rasanya pernah melihatnya……

“Gwenchana?” tanyaku setelah ia selesai meminum. Ia langsung berdiri. Memegang kepalanya untuk beberapa saat lalu berjalan menjauh. Sempat ia tumbang lagi, aku dengan sigap menangkap tangannya. “Hey! Gwenchana?!! Ku antar kau pulang ya?!”

Dia tidak menjawab apa-apa. Hanya melanjutkan jalannya lagi.

“Tidak menjawab berarti iya.” ujarku sambil masih terus menggandengnya. Takut ia akan jatuh lagi. Kami tiba disuatu apartement. Aku mengantar nya sampai depan pintu kamar apartementnya.

“Ini kamar apartement mu?” tanyaku padanya. Dia lagi-lagi tidak menjawab. Hanya mengangguk perlahan. “Kau kunci??” tanyaku lagi, kali ini ia menggeleng. Aku membukakan pintu untuknya, dan ku lihat isinya sangat berantakan. Aku membawanya sampai ke sofa, lalu melihat keadaan sekitar.

“Apa rumahmu habis kerampokan??” tanyaku.
“Aku mau tidur…” ujarnya pelan. Dia mengusirku? Baiklah… toh tidak baik jika aku berada di apartement bersama seorang pria yang tidak ku kenal sama sekali. tapi sebelum aku pergi, aku memerhatikannya.
“Hey… apa kita pernah bertemu?” tanyaku.
“Tidak.” Jawabnya singkat. Bahkan tanpa melihat ku lebih dulu.
“Yeah… ya sudahlah…” aku langsung keluar. Sepertinya orang itu menyebalkan… aku keluar saja ia tidak mengucapkan apa-apa, terimakasih pun tidak. Nanti dulu!! Aku ingat!! Dia si pria dompet (?) waktu itu!! yash!! Orang itu tidak pernah berterimakasih apa?!!

.: 3 hari kemudian :.

Aku lagi-lagi menemukan seseorang tiduran dibawah, hanya saja kali ini malam. Aku takut mendekat… tapi dilihat dari sosoknya… aku kenal dia! Si pria yang tak kenal terimakasih itu. ngapain lagi dia disitu? Apa dia itu suka sekali tiduran diluar ya??

Aku menghampirinya dan melihatinya. Wajahnya seperti sedang kesakitan. Ada apa dengannya?

“Hey, gwenchana?” tanyaku. Ia membuka matanya perlahan, memperhatikanku, dan wajahnya masih saja seakan menahan sakit. Aku memegang dahinya, dan terasa panas sekali. aku yang panik langsung membopongnya. Ternyata tubuhnya sangat lemas. Apa dia tidak kuat berdiri tadi?

Untung saja aku masih ingat arah apartemennya. Ku bawa ia pulang. kali ini apartementnya terkunci. Apa tadi dia habis pergi??

“Dimana kuncinya?” tanyaku padanya. Matanya terpejam, dahinya merenggut, ia menggigit bibir bawahnya. Apa ia benar-benar merasakan sakit yang parah?? Tangannya yang satunya, yang bebas, masuk ke dalam kantong celana, sepertinya mencari-cari dimana kuncinya. Tidak lama kemudian, tangannya muncul dengan kunci. Aku langsung mengambilnya dan ku buka dengan cepat. Tidak mau membuat ia menahan sakit lebih lama.

“Dimana kamar mu?” tanya ku. tidak mungkin aku menaruhnya di sofa lagi. Dia sudah sangat panas sekarang, bahkan leher ku terasa seakan di strika karena membopong tubuhnya dan tangannya kugantung di leherku. Dia menunjuk ke satu pintu dengan tangan gemetar. Aku pun membukanya, dan sama seperti yang di luar, disini pun terlihat berantakan.

Aku menidurkannya di kasur. Ia terlihat lebih legaan karena merasa kasurnya yang empuk. Iyalah… dibandingkan dengan tanah beralaskan rumput, aku lebih memilih kasur. Aku keluar dari kamarnya dan mengobrak-abrik (?) dapurnya.

Tidak lama kemudian aku kembali dengan handuk kecil dan baskom berisi air dingin. Aku memasukkannya dan menaruhnya di dahinya. Ia membuka matanya perlahan. Dan menatapku.

“Apa kau punya obat?” tanya ku karena ia tidak berkata apa-apa. Lagi-lagi ia hanya menunjuk ke suatu tempat. Aku mengeceknya dan kutemukan obatnya. Aku ke dapur lagi dan membawa segelas air putih. Ku baca peraturan obatnya, lalu ku bangunkan dia. Aku memberikannya obat sesuai yang diperintahkan. Ia menerimanya dan menelannya.

Setelah itu aku menidurkan lagi kepalanya dengan perlahan dan megompres lagi. Dia masih saja menatap ku.

“Tidurlah.” Suruhku padanya. “Haaa… Aku tidak tahu kenapa aku jadi melakukan ini semua…” aku menarik napas.

“Ya sudahlah… aku pulang saja. kau juga tidak mau aku ada disini kan? tapi aku tidak tahu bagaimana caranya mengunci pintu depan… tidak apa ku biarkan tidak terkunci? Kau tinggal sendiri?” tanya ku panjang lebar. Ia hanya terdiam sambil terus menatapku.

“Ha.. sudahlah… aku pulang saja kalau begitu…” baru saja aku mau bangun dari dudukku, dia menarik tanganku.
“Disini…… disini saja… tetap lah disini bersama ku…” lirihnya. Aku menatapnya.
“Maksudmu….”
“Jangan pergi………” tiba-tiba ia menutup matanya dan tangannya masih menggenggam ku.

……. Kalau begini… aku benar-benar tidak bisa pergi…


Untunglah aku ini juga tinggal sendiri. Di apartementku tidak ada siapa-siapa. Ku harap disaat seperti ini appa dan eomma tidak menelpon ke apartement ku, nanti dia tahu anak perempuan satu-satunya ini tidak ada di dalam apartementnya malam-malam begini u.u

Aku duduk lagi di samping kasurnya dan memperhatikannya. Wajahnya sudah tidak seperti tadi yang seakan menahan rasa yang amat sakit. Mungkin sekarang ia sudah tidur dengan lelap. Ku lihat tangannya… ia masih saja menggenggam ku. apa begini tidak apa?

Yah…… aku terpaksa menemaninya sampai pagi…

-paginya-

Aku membuka mataku perlahan. Hee? Dimana ini?? kamar siapa ini? kenapa aku tidur bukan dikasurku sendiri?

“Kau sudah bangun?” tanya seseorang dari arah pintu.
“Kau…” aku menatapnya bingung. Ah… aku baru ingat… semalam aku menemaninya, tapi kenapa tiba-tiba aku yang ada diatas kasur =-=?
“Key.” Jawabnya. Jadi namanya Key? Aneh… “Sarapan?” tawarnya.
“Hye Gi. Ah anni… sebaiknya aku langsung pulang saja.” aku turun dari kasurnya dan menghampirinya. “Panasmu sudah turun?”
“Hm…” jawabnya singkat dan dingin.
“Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu.” Aku pamit dan melewatinya.

“Eng… gomapta.” Ujarnya menghentikan ku yang baru saja mau membuka pintu. Aku membalikkan badan dan melihatnya berwajah merah. Apa semalu itu untuk mengucapkan terimakasih??
“Chenmaneyo… jangan tidur diluar lagi.” Aku pun keluar. Ha… orang yang aneh.

.: 5 bulan kemudian :.

“Chagi… mian aku terlambat lagi…” ujarnya terengah-engah. Aku menoleh kearahnya.. sudah 3 jam aku menunggunya di taman ini. ditaman dimana aku selalu menemukannya tertidur di rumput. Aku menghampirinya dan memegang dahinya. Fuh… syukurlah tidak panas. Aku tersenyum menyambutnya.

“Chagi…… aku benar-benar merasa bersalah. kau sudah menunggu selama 3 jam, tapi kau bahkan tidak mengeluarkan omelmu sedikitpun. Kau justru tersenyum… marahi saja aku, yah… sebentar saja tapinya… kalau seperti ini.. kesannya aku sangat jahat padamu.” Ujarnya panjang lebar.
“Entahlah… aku tidak pernah bisa marah padamu.” Jawabku masih tersenyum. Ia menghela napas lalu tersenyum dan memelukku.
“Aku benar-benar minta maaf karena terlambat… “
“Iya iya! sudah! Ini ditaman Key! Dilihat banyak orang!” aku berusaha lepas dari pelukannya.
“Yash, Hye Gi-ah… sudah berapa kali ku katakan, jangan panggil aku Key lagi! Ki Bum… hanya kau yang ku ijinkan memanggil ku Ki Bum.” Senyumnya sambil mengacak-acak rambutku.
“Ara, ara…”
“Baiklah… langsung saja kita jalan!” ia menarik tanganku, memasukkan tanganku ke dalam jaketnya. Di musim dingin begini, tapi aku justru merasa hangat ^^

Kami baru beberapa minggu yang lalu memulai hubungan. Ya… aku tidak menyangka kalau aku bisa benar-benar jatuh cinta padanya. Sekarang aku tidak bisa lagi menahan rasa cintaku, sampai-sampai aku tidak bisa marah padanya, karena besarnya rasa cintaku. Aku hanya mau membuatnya bahagia tanpa perlu mencemaskan diriku. Aku mau dia tahu aku menerima dia apa adanya. Aku tidak mau membuatnya khawatir, dan aku tidak mau membuatnya risih juga sedih… karena aku sudah jatuh terlalu dalam pada cintanya.

“Saranghaeyo.” Bisikku tiba-tiba. Aku memandangnya… aku hanya tidak mau kehilangan dirinya. Aku benar-benar mencintainya. Dan aku ingin ia tahu perasaanku yang sebenarnya. Ia balas menatapku dan tersenyum.
“Naddo…” senyumnya. Aku pun menyengir. Biar hanya itu jawabannya, tapi dari tatapannya dan senyumannya sudah memberikan banyak arti untukku. Tiba-tiba wajahnya mendekat ke arahku, dan… dia mencium ku tepat di bibirku. Setelah melepasnya, aku hanya bengong menatapnya. Tidak percaya bahwa itu akan terjadi secepat itu. ini kan di taman =_______________=

“You'll always be my lady. My heart with yours together. You and me together forever.” Bisiknya. Aku tersenyum.
“Aku tidak tahu kau bisa seromantis itu, Ki Bum oppa…”
“O-oppa? Ah… kau tahu apa yang ku inginkan, baru saja aku ingin menyuruh mu untuk memanggil ku oppa. Hahaha. Romantis?? Mungkin hanya untuk seseorang aku bisa seperti ini.”
“Oppa… boleh ku tanya satu hal??”
“Apa?”
“Mengapa kau mencintaiku?” mendengar pertanyaan ku, ia hanya menatapku. Lalu tersenyum. Ini dia… aku sudah bertanya padanya beberapa kali semenjak kami mempunyai hubungan beberapa minggu yang lalu. Tapi selalu senyuman itu yang menjadi jawabannya. Tatapan tajamnya tak lagi kutemui… selama 5 bulan ini aku sudah sering melihat nya, sudah terbiasa. Tapi dengan senyumannya yang manis itu… aku belum terbiasa >//////<

I can't forget all the memories of you and me. whilst we were together. Though I can't shake off our memories. My life has become meaningless. There's room for you to return

Aku menemukan sebuah video. Rekaman terakhir dirinya untukku. Sudah lama aku tidak melihatnya. Aku merindukan sosoknya. Ku setel video itu lagi. Selama 4 detik ku tunggu layar tv ku menampilkan sosok yang sangat kucintai. Sampai akhirnya terlihat dirinya. Duduk menghadap kamera dan tersenyum seperti biasanya.

“Annyeong, Hye Gi-ah…” sapanya ramah. Aku membuang napas pendek. Hey, Ki Bum oppa… siapa yang akan tahu kalau ternyata kau punya sikap yang ramah kalau kau selalu memasang wajah jutek? Tapi...... kalau saja kau ini ramah… mungkin sudah banyak gadis mengantri ya? Bisa-bisa aku kalah dong u.u

“Eng…… mungkin saat melihat nama pengirimnya… kau akan langsung membuangnya ya? Yah…… aku hanya berharap kau mau menyetelnya dulu sebelum kau membuangnya… paling tidak… lihat dulu wajahku yang tampan ini… aku sudah capek-capek menyiapkan ini semua untuk mu, masa kau tidak mau menontonnya?!” tiba-tiba ia jadi narsis sendiri.

“Ah, kembali ke topik… eh… aku belum bicara apa-apa ya? Hahaha…” ia menggaruk kepalanya yang aku yakin tidak terasa gatal itu. ia menunduk ragu, lalu kembali menatap kamera.

“Hye Gi-ah……… apa kau membenci ku?” tanya nya dengan wajah serius.
“Aku mencintaimu, ppabo.” Jawabku walau aku tahu ia tidak akan tahu dengan jawabanku. Air mataku sudah mulai mengalir.

“Apa perkataanku yang sebelum nya menyakitimu?” tanya lagi.
“Sangat.” Biar itu sudah 2 tahun yang lalu, tapi perkataan itu masih terasa menyakitkan, walau aku juga tahu itu bukan dari hatimu…
“Aku telah membuatmu menangis…… aku tidak pantas menjadi seorang pria…”
“Kau bukan pria, Ki Bum…” ledekku.
“Aku tahu kau sekarang sedang menertawakanku… baru saja kemarin aku mengatakan membencimu dan tidak mau melihatmu. Tapi sekarang aku justru memaksamu untuk melihatku dan mendengarkan omonganku.”
“Sok tahu kau seperti pawang hujan (?)…”
“Hye Gi-ah……… ada satu hal yang ingin ku katakan padamu.”
“Aku  sudah tahu…… aku sudah pernah menonton video ini sih.”
“Ku harap kau tidak marah padaku setelah ini…”
“Aku sudah terlanjur marah padamu…”

“Hye Gi-ah……… aku mengidap leukemia akut. Aku sudah stadium akhir saat kau menemukan diriku. Aku sadar dengan sesadar-sadarnya… kau menemukan ku pertama kali bukanlah ditaman… tapi dijalan saat kau mengembalikan dompet ku.”

“Kau mungkin mengira aku tidak akan mengingat mu. tapi kenyataannya, aku sangat ingat bahwa kau si gadis itu… gadis yang berani memegang ku biar aku sudah menatap mu dingin.”

“Baru kali ini ada orang yang mau dekat denganku. Orang tua ku saja tidak tahu kemana… mungkin mereka membenci ku. hidup ku hampir hancur… dan aku sudah pasrah dengan kematian ku. sampai akhirnya ada seorang gadis yang telah menyelamatkan ku untuk yang kedua kalinya. Ia bahkan belum mengenalku, ia tidak tahu nama ku, tapi ia menolongku. Dengan susah payah membopongku sampai ke apartementku. Merawatku… dan menemani ku semalaman…”

“Itu untuk yang pertama kalinya aku merasakan kehangatan dari seseorang. Dan aku baru sadar… kalau aku tidak bisa kehilanganmu. Aku tidak mau kau jauh dariku. Aku takut kalau aku akan sendirian lagi… sampai aku lupa akan penyakitku. Aku hanya memikirkan dirimu. Tapi muncul suatu semangat ku untuk terus hidup. Aku juga tidak mau membiarkan mu sendirian… aku ingin terus menemanimu. Menjagamu… karena itulah tugasku sebagai seorang pria…”

“Tapi kenyataannya penyakit ini tidak bisa hilang begitu saja. cinta tidak menyembuhkannya. Walau cinta telah membuatnya bertahan sedikit lebih lama. 1 tahun 7 bulan…”

Ia menunduk. Ia terlihat sedang menyeka air matanya. Baru kali ini aku melihatnya menangis. Selama aku bersamanya, ya itu selama kurang lebih 1 tahun 7 bulan yang seperti tadi ia katakan, ia tidak pernah melihatkan sisi kelemahannya. Selalu ia yang menjadi tongkat ku. aku tidak pernah menyadarinya kalau ternyata tongkat ku itu sungguh rapuh…

“Saat aku memutuskan hubungan kita…… kau tidak tahu kan betapa sakitnya hati ini melihat mu berlari menjauh… aku merasa hidup ku pun ikut menjauh bersamamu.”

“Ku ceritakan dari awal ya…”

“Aku sudah mengidap leukemia sejak lama, jauh sebelum kau mengenalku. Karena itu aku menjauh dari masyarakat, karena ku pikir… untuk apa aku bersosialisasi jika suatu saat nanti aku akan pergi? Aku mempunyai seorang sahabat. Dan beruntungnya dia adalah seorang dokter. Kau tahu dia karena waktu itu aku pernah mengenalkannya padamu, masih ingat Onew kan?”

“Dia datang ke rumahku…… dia juga yang memberikan video ini, Ki Bum oppa…” jawabku.
“Nanti mungkin video ini dia yang akan memberikannya.”
“Aku sudah bilang tadi kan? dia yang mengantar…”
“Dia juga sebagai dokter pribadiku, sampai akhirnya ia terpaksa memberitahukan ku… aku mengidap leukemia stadium akhir. Aku benar-benar shock saat itu… tapi aku melihat Onew yang menyampaikannya sambil menangis… setidaknya aku sadar… ada satu orang yang nanti nya akan menangisi kepergianku.”

“Aku tidak mau dia menangis… tapi aku jadi sadar kalau ternyata aku masih mempunyai seseorang di dunia ini. sampai akhirnya aku menemukan seorang gadis yang tadi sempat kuceritakan. Dia lah yang merubah semuanya. aku jadi semangat untuk terus hidup. Aku tidak ingin meninggalkannya. Tapi ternyata semakin parah… Onew memberitahukanku… mungkin sebaiknya aku mengucapkan kata selamat tinggal padamu sebelum terlambat.”

“Tapi aku tidak mau kau tahu apa yang membuatku meninggalkanmu. Aku tidak mau…… aku hanya tidak mau melihat mu menangis dimakamku. Tapi aku juga sadar… aku telah menyakitkanmu… karena itu kubuat video ini…… aku sengaja tidak memberitahukan dimana makamku nantinya, ku larang Onew untuk memberitahukannya… aku tidak mau kau datang…… aku tidak mau melihatmu……… tangisanmu adalah duri untukku……… aku tidak mau melihat mu menitikan sedikit pun air dari matamu hanya untuk diriku.”

“Aku tidak pantas untuk ditangisi… aku telah menyakitimu… meninggalkanmu sendirian… dan bahkan kau masih saja menangis untukku? Aku tidak mau, Hye Gi-ah…… aku ingin kau tersenyum seperti biasanya. Saat aku terlambat… saat aku membuatmu kesal… saat aku justru tidak bisa hadir disisi mu waktu kau membutuhkanku…… saat kau harus menahan semuanya sendiri… tapi kau tetap tersenyum padaku… tidak pernah marah sekali pun padaku…”

“Bisakah aku minta kau untuk seperti itu terus? Kalau tangisan mu adalah duri, maka senyuman mu adalah doa untukku… kau mau terus mendoakan ku kan? maka tersenyumlah…” ujarnya sambil menunjukan senyumannya lagi.

“Ada satu lagi……… pertanyaan yang belum pernah ku jawab… saat kau bertanya mengapa aku bisa mencintai mu?”

“Mungkin beberapa alasan sudah kusebutkan sebelumnya. Tapi aku hanya ingin kau tahu maksud dari senyumanku… coba kau tanya sekali lagi…”
“Kenapa kau bodoh?” tanya ku asal. Ia tersenyum manis sekali. sedangkan penglihatanku saat ini sudah hampir tertutup oleh air mata ku yang menggenang dimata.

“Karena itu kau… karena aku mencintaimu… tidak ada alasan untuk mencintai seseorang. Sekalipun itu menyakitkan… tapi itu adalah cinta. Cinta yang bahkan sampai saat ini belum pernah ada yang bisa mengartikannya. tapi aku yakin kau mengerti maksudku…”

“Ch… tidak nyambung… aku kan bertanya mengapa kau bodoh…” air mataku sudah mengalir di pipiku.

“Hari dimana kau berlari menjauh dariku… aku sadar……. Kalau ternyata aku sudah terlalu mencintaimu. Andai aku punya sayap… mungkin aku akan langsung terbang dan membawamu ikut ke surga… seandainya aku adalah penyihir… maka aku akan menyihir diriku sendiri agar penyakit ku hilang. Atau seandainya aku bisa mengutuk… aku akan mengutuk diriku untuk tidak bisa pergi jauh darimu…”

“Semua akan kulakukan demi dirimu… karena itu kau… kau adalah orang yang ku cintai… dan itu adalah alasan aku mencintaimu…” terlihat setetes air mata mengalir di pipinya walau ia sedang tersenyum saat ini.

“Kau… kau benar-benar bodoh… kau bodoh Ki Bum!!” lagi dan lagi… aku menangis sejadi-jadinya. terlihat ia berdiri dari duduknya dan mendekat kearah kamera.

“Hye Gi-ah, aku yakin kita akan bertemu lagi. Aku akan terus menunggumu. Kita akan bertemu ditempat dimana kita bisa untuk selalu bersama. Percayalah…… akan ku kirim sayapku dari tempatku ya…” senyumnya dan sempat-sempat nya ia narsis di akhir. Memangnya sudah pasti kau masuk surga Ki Bum?! Orang jahat seperti kau tidak akan masuk sana! Kau telah meninggalkan ku!! kau adalah orang jahat!!

Tv sekarang gelap. Hanya ada banyangan ku yang memantul di dalamnya. Wajahku sudah basah sekarang. Mataku merah.

Dia menyembunyikan kesakitannya sendirian… sendirian… padahal aku selau ada disisinya…

Just stay by my side. You'll always be my lady.

Selalu itu yang kau ucapkan… kau tidak pernah membuka rasa sakit mu padaku… aku merasa tidak berguna sekalipun aku selalu berada di sampingmu… aku merasa bodoh karena selalu menganggap hanya diriku lah yang mengetahui segala sesuatunya tentang mu.

My heart with yours together, Just stay by my side. You and me together forever

Apakah sekarang kau masih mengharapkan aku ada disisimu sekalipun aku tidak berguna?? Benarkah kau akan mengirimkan ku sayap agar aku bisa terbang ke tempatmu??

Aku naik ke atas kasur. Rasanya dingin sekali… appa dan eomma… mungkin ini memang saat nya aku memakai sayap kiriman Ki Bum. Aku mungkin sudah menerimanya tanpa kusadari. Appa dan eomma… maaf aku tidak bilang apa pun mengenai ini…

Aku sayang pada kalian… tapi kenyataannya aku sudah memberikan kehidupanku seluruhnya untuk pria yang pergi lebih dulu dibandingkan ku. Tanpa nya aku bagaikan ikan tanpa air. bunga tanpa alas untuk tumbuh. Awan tanpa langit. Tidak mungkin kan? ya… aku tidak mungkin ada jika dia tidak ada……

Ki Bum……… apakah kau akan menjemputmu?

Aku menarik poto dimana kami berdua sedang tersenyum. Kuharap… ini akan terulang kembali… aku menutup mataku perlahan… lelah menjalani hari-hari ku. sudah waktunya istirahat.

No matter where you are, you are my best place. As long as you'll always be by my side, you're my best place. No other person by your side could love you as much as I do.

Dimana aku? Semua putih… apa aku sudah meninggal?? Aku memerhatikan tubuhku sendiri. Tanpa alas kaki, pakaian serba putih… ya… sepertinya aku benar-benar sudah pergi… lalu dimana sekarang??

“Hye Gi…” seseorang memanggilku dari belakang. Aku membalikkan badanku dan…
“Ki Bum?...”

-End-

Hahahahahahahahah gaje banget ya? Ff sedih perdana nih… maksudnya yang asli berasal otak gue… dulu pernah buat… ama key juga hahaha kayanya key cocok di ff sedih ya =_= tapi itu berasal dari ide seseorang. Dan jadinya tetep aja tidak memuaskan karena saya sepertinya tidak cocok di ff sedih u.u

Kalo yang mau tahu yang di bold itu apa, itu lagu shinee, judulnya best place… kaya judul nih ff.. yang gak tau… coba aja denger… dijamin gak cocok ama nih ff XDDDDD cuma gue pake tuh lagu karena entah kenapa artinya dalem menurut gue, menurut gue loh. Au dah menurut kalian para readers.

Well, salam author… maaf kalo banyak salah dan gaje *bow bareng key*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar