Sabtu, 09 April 2011

Blood of 10 Student

Author: Gi and MY
Genre: Thriller, Horror
Cast: Lee Gi Hae, Kim Min Young, Sung Min, Si Won, Dong Hae, Kyu Hyun, Henry, Onew, Key, Min Ho, Hee Chul, Yesung.

><><><><><><>< 

“Permisi, kepala sekolah, saya mengantar guru baru yang bapak maksud.” Ujar orang itu.
“Ah, masuk, masuk.” Sapa ramah kepala sekolah. masuk dua namja yang terlihat masih muda. Kedua namja itu menjabat tangan kepala sekolah sambil tersenyum ramah.
“Selamat datang. Jadi... yang mana yang Kim Hee Chul?”
“Saya pak.” Jawab salah seorang dari kedua namja itu. Dia tersenyum sangat ramah, tidak terlihat ia adalah seorang guru. Dia bahkan lebih pantas menjadi seorang model. Bahkan ia terlihat masih muda.
“Lalu anda...” kepala sekolah melihat ke satunya.
“Ini adik saya pak.”
“Oh.. tapi... bukankah yang melamar pekerjaan jadi guru disini hanya satu?”

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan masuk seorang namja dengan wajah lesu.

“Ada apa, Jung sanjangnim?” tanya kepala sekolah.
“Saya menyerah pak... saya tidak tahan dengan kelakuan anak-anak itu. Saya mau mengundurkan diri saja sebagai wali kelas mereka.” Ujarnya.
“Oh ayolah, Jung sanjangnim... bukankah kita sudah sering bicara, tidak ada lagi guru yang mau menjadi wali kelas mereka. Saya sendiri bingung mau bagaimana.”
“Kalau begitu... saya juga mengundurkan diri jadi guru di sini, pak. Saya tetap akan bertemu mereka sekali pun saya tidak lagi menjadi wali kelas mereka. Mereka itu seperti setan pak!” kesal guru itu.

Kepala sekolah hanya bisa menghela napas.

“Maaf, pak...” namja yang sejak tadi diam itu akhirnya bicara. Melihatnya, memberikan ide untuk kepala sekolah.
“Baiklah. Pengunduran diri mu saya terima. Kebetulan sekali... anda mau melamar pekerjaan juga disini kan?” tanya kepala sekolah pada namja tadi.
“... Ne, pak.” Senyum namja itu.
“Siapa nama anda?”
“Kim Yesung.”
“Boleh saya lihat proposal anda?” kepala sekolah meminta walau sebenarnya itu hanya untuk formalitas. Ia hanya melihat beberapa detik, dan tanpa pikir panjang, ia menutup proposal tersebut lalu kembali pada namja bernama Yesung itu.

“Selamat datang di Seoul HighSchool.”

~+~+~+~+~+~+~+~+~+~


“Sekolah kami memang sekolah ternama... tapi Hee Chul-sshi, Yesung-sshi, kalau aku jadi kalian, aku menyesal telah melamar jadi guru disini.” Cerita Jung sanjangnim sambil jalan. Ia disuruh mengantar kedua guru baru tersebut ke ruang guru dimana akan jadi tempat mereka.

“Memang nya kenapa?” tanya Hee Chul.
“Kelihatan nya memang anak-anak baik, pintar, dan ber-etika. Tapi sebenarnya mereka tidak lebih dari sekedar setan! Karena itu aku mengundurkan diri. Bukannya aku mau kalian jadi mengundurkan diri loh. Tapi yah...... aku hanya memperingati kalian sebelum kalian menyesal.”
“Kenapa anak-anak itu seperti setan? Memangnya apa yang mereka lakukan?” kali ini Yesung yang bertanya.
“Mereka dengan enak meledek guru, bahkan menghina guru. Mereka berpikir mereka orang kaya dan mereka lah yang membayar kita. Kesal karena memang kenyataannya kita selalu kalah oleh orang yang membayar kita kan?”
“Yah... orang kaya memang berkuasa.” Gumam Hee Chul.
“Kepala sekolah juga baru sih. Dia baru saja masuk dan menggantikan kepala sekolah yang dulu, baru 4 tahun dia menjabat jadi kepala sekolah. Dan asal kau tahu... kepala sekolah kita itu sebenarnya rakus. Tidak lihat perut buncit nya? Karena itu dia tetap bertahan dengan murid-murid menyusahkan itu.”
“Begitu...”
“Ya... jadi... kau Hee Chul yang dibicarakan akan menggantikan Han sanjangnim ya? Kau tahu... dia itu teman ku. Beberapa bulan yang lalu ia juga mengundurkan diri.”
“Karena hal yang sama?”

“Di Seoul High School ini, ada dua kelas dimana banyak sekali anak yang bermasalah. Kelas yang kuajar dan teman ku itu. Kami itu sebenarnya adalah guru baru juga disini. Sejak 4 tahun yang lalu memang ada semacam pembersihan, semua guru di sini di ganti. Aku dan teman ku baru saja masuk di sekolah ini setahun yang lalu, dan kami terpaksa menjadi wali kelas di 2 kelas jahanam itu. Guru-guru sebelumnya tidak ada yang bisa mengendalikan mereka.”

“Jadi itu sebabnya kepala sekolah langsung menerima lamaran pekerjaan mu waktu itu, Kim Hee Chul. Karena ia sudah menyerah dan tidak mau berpikir banyak lagi. Tadi kau juga langsung diterima karena ia tidak mau ambil repot, Yesung-sshi.”

Panjang lebar Jung sanjangnim selama perjalanan. Sedangkan kedua guru baru itu hanya mendengarkan sambil mengangguk-angguk tanda mengerti.

“Ah... ini ruang kerja kalian. Disini ruang kerja kalian yang akan menjadi kamar kalian sendiri. Masing-masing guru punya tempat pribadi. Kalian tidak perlu takut urusan pribadi kalian dicampuri orang lain.” Jung sanjangnim membuka salah satu ruangan kosong, yang dulunya adalah milik temannya itu.

“Sekolahnya elit ya.” Gumam Yesung.
“Elit sih elit... memang aku tidak dapat menyangkal, sekolah ini sangat keren. Semua sudah menggunakan teknologi canggih. Gerbang depan saja tidak lagi di tarik oleh orang, tapi sudah otomatis, menggunakan semacam teknologi. Di kelas kita belajar menggunakan laptop dan LCD. Pokoknya hightech. Yah... aku hanya bisa mengucapkan, selamat datang. Dan semoga berhasil. Setelah ini kita tidak akan bertemu lagi.”

“Sayang sekali kau mengundurkan diri.” Hee Chul menjabat tangan Jung sanjangnim sebagai tanda perkenalan juga perpisahan.
“Hahaha... ku doakan kalian lah yang bisa mengendalikan anak-anak ini. Oh ya, ini ada daftar nama murid-murid yang bermasalah. Ini daftar murid 2a, kelas yang akan menjadi kelas mu, Hee Chul-sshi. Dan ini kelas 2b, kelas ku dulu, Yesung-sshi. Oh ya satu lagi, kalian jangan pulang sampai malam, listrik sekolah otomatis akan mati dengan sendirinya, kalian bisa terjebak sampai pagi bisa-bisa. Good luck.”
“Ya, terimakasih atas semua informasinya.”

~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~

“Selamat pagi semuanya...” senyum ramah Hee Chul. Semua langsung terdiam dan memerhatikannya selama beberapa saat.

“Aku disini adala-...”
“Siapa kau?” tanya seorang namja memotong omongan Hee Chul. Hee Chul memandang selama beberapa saat.
“Kim Hee Chul. Guru baru disini, dan kebetulan langsung menjabat jadi wali kelas kalian.” Jawab nya.
“Untuk berapa lama?” tanya namja lainnya yang duduk tidak jauh dari namja pertama.
“Hem... sampai kalian semua naik kelas.” Tiba-tiba kedua namja tadi tertawa keras.

“Hey, kau anak baru... maksud ku tadi, kira-kira kau akan tahan berapa lama jadi wali kelas disini?”
“...... Siapa nama mu?” Hee Chul menatapnya tajam.
“Woooww... dia menanyakan nama ku! Kau dengar itu, Key! ia berani-berani nya menanyakan nama ku! Ahahaha... kau tidak tahu siapa aku?” namja tadi justru tertawa bersama teman sebangkunya.
“Karena itu aku bertanya kau siapa.”
“Cho Kyu Hyun. Lalu setelah kau tahu nama ku, kau mau apa?” tantang namja itu.
“Hati-hati, Kyu. Setelah nama bisa-bisa ia menanyakan tempat tinggal mu dan nomor hape mu.” Ujar namja pertama.
“Jadi maksud mu, dia suka pada ku, Onew?”
“Kau lihat saja, daritadi ia memerhatikan mu. Sepertinya ia terpesona.” Jawab namja pertama yang dipanggil Onew tadi. sekarang seisi kelas tertawa.

“Ya, ya, ya cukup bercandanya. Lebih baik sekarang kita mulai pelaj-...” baru saja Hee Chul mau memulai pelajaran, pintu terbuka dan masuk seorang namja dengan wajah ngantuknya. Ia dengan enak duduk di tempatnya, bahkan tidak melihat kearah Hee Chul sedikit pun.

“Kau, yang baru datang... siapa kau?” tanya Hee Chul.
“He? Sejak kapan ada guru??” kaget namja itu.
“Sejak tadi. kau maju kedepan, dan jelaskan mengapa kau datang terlambat!” Suruh Hee Chul.
“...... Perlu kah? Kau bisa sendiri ketempat ku kan? aku sedang mengantuk. Kalau mau bicara nanti saja deh.” Namja itu justru menidurkan kepalanya di meja.
“...... Siapa namanya?” Hee Chul bertanya pada murid lainnya.
“Hahaha Kyu Hyun! Dia pindah hati sepertinya ke Sung Min!” tawa keras Key, di ikuti seisi kelas.
“...... Baiklah... kita mulai pelajarannya.”

~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~

Baru saja Yesung mau membuka pintu kelas, ia sudah mendengar betapa ribut nya di dalam kelas. Ia buka pintu dan ada sebuah kertas menabrak tepat di mukanya. Seisi kelas menertawakannya.

“Hahahaha... lihat-lihat, ada orang masuk dengan tampang bodoh!” seorang namja menunjuk kearahnya. Tawa masih menghiasi kelas.
“Kalian... duduk di bangku kalian masing-masing!” suruh Yesung. Biar masih tertawa, tapi mereka semua menurut dengan duduk di bangku mereka.

“...Aku-...”
“Pak, kau beli pakaian itu berapa harganya?” tanya namja tadi.
“...... Memangnya kenapa?”
“Hanya ingin tahu. Kelihatan nya bagus untuk pelayan ku dirumah.” Ujarnya enak.
“... Kau... siapa nama mu?”
“Sudah ku duga. Dari wajah mu, kau ini memang terlihat seperti orang bodoh. Pengetahuanmu sangat sempit.” Ledek nya.
“Siapa namamu?!!” tiba-tiba Yesung mengeraskan suaranya.
“Wiii... aku takut...” namja tadi justru tertawa-tawa.
“Lee Dong Hae.” Ujar seorang yeoja yang duduk dibelakang namja itu.
“Yak! Gi Hae! Kenapa kau memberitahukannya!!”
“Kau berisik. Suara mu sangat mengganggu. Suara orang itu juga. Jadi daripada kalian tambah ribut, kenapa tidak langsung selesaikan masalah?” jawab dingin yeoja yang dipanggil Gi Hae itu.
“Aish... apa boleh buat, ya aku Dong Hae. Setidaknya aku memberikannya sedikit ilmu hari ini. Sekarang kau pulang, lanjut lagi besok pelajarannya, ya. Aku takut otakmu meledak. Hari ini cukup nama ku yang kau pelajari.”
“...Dong Hae, sekarang kau maju ke depan. Mana etika mu pada guru?!” Suruh Yesung.
“How dare you?! Kau menyuruh ku ke depan?!” Dong Hae terlihat sedikit shock.
“Aish jinca! Tidak bisakah kau tutup mulut kotor mu itu, Dong Hae?! Kau membuat telinga ku sakit!” kesal Gi Hae.
“Listen, aku tidak mencari masalah dengan mu, ya, nona sok benar! Kalau kau keberisikan mengapa tidak kau keluar saja dari kelas?!”
“Itu yang ku inginkan.” Yeoja itu langsung bangun dari bangkunya sambil membawa tasnya.

“Kau mau kemana?” tanya Yesung.
“Tidakkah kau dengarkan pembicaraan ‘menyenangkan’ ku dengan si damnit tadi? sudah jelas, kan? aku mau keluar.” Ujar dingin Gi Hae.
“...Kalian berdua... ke ruangan ku.”
“Oh... really... that must be fun. But i don’t care.” yeoja itu tidak peduli, ia membuka pintu dan keluar begitu saja.
“Kau! Tunggu! Hey!” baru saja Yesung mau mengejar, tiba-tiba datang seorang guru. Guru itu membawa 3 orang murid lainnya, yang secara tidak langsung juga menahan Gi Hae yang ingin keluar dari kelas.

“Kim sanjangnim?” tanya guru itu.
“Ah, ye?”
“Ini 3 murid mu. Mereka ketahuan membolos dari sekolah dan justru main ke tempat yang seharusnya tidak boleh mereka datangi. Nama mereka Choi Si Won, Choi Min Ho, dan Henry Lau.”
“Ah, gamsahamnida.”
“Ne...” guru itu pergi.

“...... Kau yang tadi namanya Lee Dong Hae, kau yang mau keluar, dan kalian bertiga... sekarang juga ikut keruangan ku.”

~+~+~+~+~+~+~+~+~

“Onew! Ini sungguh memalukan! Kau murid teladan dan pintar! Tapi ternyata selama ini kau membeli soal?! Sungguh memalukan nama sekolah!!” bentak kepala sekolah. sedangkan yang di omeli hanya diam saja menatap kepala sekolah tanpa bicara apa-apa.

Kepala sekolah menatap Onew dengan tajam, tapi tidak ada tanggapan apa-apa, seakan Onew tidak takut bahkan tidak mendengarkan apa yang sudah dikatakan kepala sekolah sejak tadi. Ia pun duduk lemas dan menghela napas panjang.

“Kim sanjangnim...”
“Ne?” jawab Hee Chul.
“Ini hari pertama anda jadi wali kelas... maafkan aku tiba-tiba saja anak mu justru ketahuan selama ini telah membeli soal.... Aku tidak tahu lagi... Kim sanjangnim... sekarang dia murid mu... kau bebas melakukan apa pun padanya.” Ujar kepala sekolah.

“Ah, ye, pak.”

Mereka berdua keluar dari ruangan kepala sekolah. keduanya saling terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sampai akhirnya mereka mendengar suara ribut. Terlihat seorang yeoja dan namja sedang bertengkar di dalam kelas.

“Apa yang terjadi?!” Hee Chul meleraikan.
“DIAM KAU! KAU GURU BARU TIDAK ADA HUBUNGANNYA!!” jawab namja itu.
“DIA ITU GURU, KEY!” yeoja itu memarahi namja yang dipanggil Key.
“LALU?! SEJAK DULU AKU SUDAH TAHU KAU ITU YEOJA YANG MEREPOTKAN!! Sampai menumpahkan minuman mu di seragam ku?!! KAU ITU SUNGGUH MENGANGGU, KIM MIN YOUNG!!”
“TAPI KAU TAK PERLU SAMPAI MEMBENTAK KU KAN?! DASAR PEMARAH! Baru kali ini aku bertemu namja yang sensi seperti mu, kau lebih pantas jadi yeoja!! KAU ITU MEMUAKKAN, KIM KI BUM!!” balas yeoja yang bernama Min Young itu.
“WHAT?! WHAT DID YOU SAY, CRAP?!”
“Oh, ayolah! Kalian berdua diam!! Tidakkah kalian tahu kalian mengganggu tidur ku?!!” seorang namja ikutan marah. Dia Sung Min.
“Aku tidak ada urusannya dengan mu, pemalas!!” Key menunjuk wajah Sung Min.
“Apa?! Kau mau bertengkar denganku? kau pikir aku takut padamu, mulut besar?!”
“CUKUP! Kalian bertiga! Ke ruangan ku! Ah tidak hanya kalian bertiga, kau yang disana, Cho Kyu Hyun, dan kau juga, Onew. Kalian semua! Ke ruangan ku!”

~+~+~+~+~+~+~+~+~+~

Hari sudah mulai menggelap, kebanyakan murid-murid sudah sampai dirumah mereka masing-masing. Tapi tidak untuk beberapa murid di Seoul High School ini. Mereka semua justru dilarang untuk pulang, dan harus mengikuti pelajaran tambahan sebagai hukuman karena perbuatan mereka sebelumnya.

Cho Kyu Hyun, Lee Jin Ki atau Onew, Kim Ki Bum atau Key, Lee Sung Min, Kim Min Young, Lee Dong Hae, Lee Gi Hae, Choi Si Won, Choi Min Ho, dan Henry Lau. Daftar murid yang harus mengikuti kelas tambahan hari ini. Mereka digabungkan kedalam satu kelas, dan akan mengikuti pelajaran tambahan dengan dua guru sekaligus.

“Sudah mulai gelap...” gumam Dong Hae sambil melihat ke luar jendela. Yang lainnya hanya memandang udara di depan mereka masing-masing dengan wajah bosan. Mereka harus menunggu kedua guru baru mereka itu datang ke kelas dan mulai mengajar lagi.

“Jelas... ini sudah mau jam 7 malam.” Jawab Henry yang mendengar gumaman Dong Hae.
“Hey, kalian... pernah dengar tidak, katanya kalau malam-malam sekolah ini akan berubah jadi sekolah yang menyeramkan...” tiba-tiba Dong Hae merubah suaranya jadi berat.
“He... apa maksudmu?” Min Young terlihat sedikit panik.
“Kau tidak pernah dengar ya?”
“Jangan bercanda, deh Dong Hae... ini salah satu cara mu untuk menarik hati yeoja kah? Kuno sekali...” ledek Si Won.
“Tidak! Aku beneran!”
“Baiklah, baiklah... coba ceritakan, memangnya apa yang terjadi di sekolah ini kalau malam-malam??” tanya Kyu Hyun.
“Katanya... sekolah ini dijaga... dia akan mengawasi seluruh sekolah... berkeliling... mengecek satu per satu... kalau ia melihat sesuatu yang tidak seharusnya...... ia akan menghilangkannya...”

Sunyi. Tidak ada tanggapan untuk cerita Dong Hae. Sampai akhirnya Min Young memecahkan keheningan.

“Maksudmu... sesuatu yang tidak seharusnya??”
“Pertanyaan bagus... sesuatu yang tidak seharusnya adalah kita... kita tidak seharusnya ada disekolah malam-malam. Tahu sebabnya setiap malam listrik sekolah otomatis mati? Itu karena memang seharusnya tidak ada listrik yang menyala di sekolah pada malam hari. Sekolah mana yang salah satu ruangannya masih menyala? Siapa yang mau mengajar malam-malam?? Siapa juga yang mau belajar pada jam segitu??”

“... Itu tandanya... kita tidak seharusnya masih ada disekolah pada malam hari kan? karena memang... sekolah hanya untuk sampai sore hari... memang ada beberapa sekolah yang sampai malam... tapi sekolah ini berbeda... karena ada yang menjaga...”

“Lalu... apa yang terjadi pada kita kalau kita masih disekolah??” Min Young bertanya lagi.
“Seperti yang ku katakan tadi... dia akan berusaha menghilangkannya. Aku sendiri tidak tahu apa arti hilang disini... karena itu... lebih baik kita segera pulang...... sebelum listrik dimatikan... karena hantu itu mulai berkeliling saat listrik dimatikan...”

Lagi-lagi sunyi. Semua serius menatap Dong Hae. Tidak ada suara apa pun, bahkan detik suara jam pun tak terdengar, karena mereka semua memakai jam digital. Entah suasana nya mendukung, atau memang mereka semua percaya, mereka semua hanya terdiam mendengar kata-kata Dong Hae.

“WAAAA!! ITU APA YANG ADA DI BELAKANG MU, MIN YOUNG!!” teriak Dong Hae tiba-tiba sambil menunjuk ke belakang Min Young.
“GYAAAAA.....!! TIDAK MAU!! TIDAK MAU!!! PERGI DARI KU!! AKU ANAK BAIK-BAIK!! WAAA!!” Min Young tanpa melihat lagi, ia langsung meloncat ke depan dan memeluk Gi Hae yang kebetulan ada di depan nya. Tapi setelah itu Dong Hae tertawa keras.
“Yash! Dong Hae!! Kau mengerjai ku!!” Min Young langsung memukul-mukul Dong Hae.
“Hahahaha lihat wajah mu lucu sekali!!” tapi Dong Hae tidak merasakan apapun dari pukulan-pukulan Min Young. Yang ada dia semakin tertawa keras.
“Bodoh!” Sung Min menjitak kepala Dong Hae.
“Dih? Kenapa kau marah juga??” bingung Dong Hae.
“Kau tahu... aku hampir percaya pada cerita mu, Dong Hae.” Ujar Onew sambil menghela napasnya.
“Yak! wajah mu meyakinkan.  tidak takut sih... tapi ku pikir cerita mu memang beneran. Aku baru saja mau mengajak kalian tinggal sampai malam... jadi malah penasaran nih.” ujar Min Ho.
“Kalian percaya?! HAHAHAHA sungguh kalian semua ternyata orang bodoh!” Dong Hae tertawa semakin keras.
“Yang disebut orang bodoh adalah orang yang berkelakuan idiot, seperti tadi contohnya.” Ujar dingin Gi Hae sambil memegangi tangannya yang sakit karena tadi Min Young spontan loncat padanya dan langsung memeluk.
“Oh ya? Padahal tadi kau percaya pada kata-kata ku tuh?” goda Dong Hae.
“Aku tidak percaya akan hal seperti itu.”
“Masa? Lihat... wajah mu pucat. Keringat mu mengucur tuh dari kening mu. Gi Hae, aku tahu kau juga ketakutan.”
“CUKUP! Aku sudah muak sejak tadi dengar omongan tak berguna mu! Karena kau juga aku jadi terlibat pelajaran tambahan, kan?! aku mau cari kedua guru culun itu! Lalu pulang!” tiba-tiba Gi Hae menjadi emosi. Ia berdiri dan keluar dari kelas.

“Gi Hae! Chakaman! Aku sekalian mau ke toilet!!” Min Young mengejar.
“Dasar, emosian...” gumam Dong Hae.
“Tapi bukankah memang dulu ada korban bunuh diri disini?” tanya Henry tiba-tiba membuat yang lainnya terdiam lagi.
“Tidak lucu, Henry. Percuma... Min Young tidak ada, tidak ada yang bisa ditakuti, dan kalau ada Gi Hae pun sepertinya percuma, dia tidak percaya cerita hantu.” Ujar Si Won.
“Tidak! Aku sungguhan kok. Kalau tidak salah kejadiannya 4 tahun yang lalu. Aku pernah baca di koran.” Jawabnya, Henry tiba-tiba mengeluarkan hapenya dan serius menekan-nekan tombol di hapenya.
“...Kau serius?” tanya Sung Min meyakinkan.
“Aargh! Sudahlah... hentikan pembicaraan membosankan ini!” omel Key tiba-tiba.
“Tidak percaya? Kalian bisa cek di internet. Ini aku sedang browsing lewat net hape ku. Ah ini dia... korban bunuh diri!”

~+~+~+~+~+~+~+~+~

“Gi Haeeee!! Temani aku ke toilet dulu!! Baru deh kita cari gurunya!! Ayo jebaaal! Aku sudah tidak tahan nih!!” bujuk Min Young.
“Really!! Kau bisa sendiri, kan?!” omel Gi Hae yang merasa terganggu oleh Min Young.
“... Takut...”
“Apa yang musti kau takutkan?!! Sudah tidak ada siapa-siapa lagi disekolah! Tidak akan ada yang iseng mengganggu mu nanti! Sudah sana!!” tapi Gi Hae terus berjalan tanpa memedulikan Min Young.
“Oh ayolah, Gi Hae!! Bukan manusia yang kutakutkan!!”
“Lalu apa?! Pohon?! Binatang? Benda?? Apalagi yang bisa ditakutkan?! ...... jangan bilang... kau masih ingat kata-kata Dong Hae?” Min Young hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Oh astaga... Min Young... di dunia ini tidak ada yang namanya hantu! Sekalipun ada, kalau aku jadi dia, aku tidak mau di toilet, karena itu bau! Jadi tenang saja, tidak akan ada apa-apa! Sudah sana!”
“Gi Haeeee kau tidak membuat perasaan ku lebih baik dengan bicara seperti itu!! Ayolah temani aku!!” mohon Min Young.
“Yash! You punk!! Okay!! Ayo cepat! Aku tidak mau menunggu mu lama!” akhirnya Gi Hae mengalah.
“Yeaah, gomawo, Gi Hae... kajja!”

Kedua yeoja itu pun langsung menuju toilet. Sekolah ini memang sudah sepi. Palingan hanya beberapa guru yang sedang bersiap-siap untuk pulang.

“Kau tahu jam berapa listrik dimatikan?” tanya Min Young. Saat ini ia sebenarnya sedang membuang air kecil, tapi karena takut Gi Hae meninggalkannya, ia mengajak bicara Gi Hae yang ada di depan pintu toiletnya.
“Kalau tidak salah jam 9. Waeyo?”
“Kita bakalan belajar sampai jam berapa nih?”
“Entahlah.”
“Kalau ternyata listriknya dimatikan sebelum kita pulang bagaimana?”
“Tinggal menginap disekolah. Susah sekali.” Jawab santai Gi Hae.
“Tidak mau!!” jawab Min Young setengah berteriak sambil mendorong pintu toilet.
“Yash! Min Young! Ngomong-ngomong kalau sudahan dong! Aku kan tadi lagi menyender di pintu... aigoo... sakit...” ringis Gi Hae kesakitan karena terdorong jauh akibat dobrakan Min Young.
“Ahahaha... mianhae, mianhae...” tawa Min Young.

Kedua yeoja itu pun keluar dari toilet. Saat ingin menuju ruang guru, tiba-tiba terdengar suara aneh dari arah samping Min Young. Yeoja itu langsung menggenggam tangan Gi Hae erat.

“Waeyo? Gwenchana??” tanya Gi Hae.
“Kau dengar Gi Hae?” panik Min Young.
“Dengar? Dengar apa??”
“Sssstt... dengarkan baik-baik....” mereka berdua pun terdiam, sampai akhirnya keduanya mendengar dengan jelas, suara langkah yang diseret. Semakin lama suara itu semakin dekat... seakan memang menuju kearah mereka.

“Gi Hae... ayo pergi...” air mata Min Young sudah mau keluar.
“Ssst! Diam Min Young! Aku mau menunggu sampai suara itu benar-benar dekat!”
“Kau gila! Ayo pergi dari sini!! Ayo pulang!!”
“YAK! SIAPA PUN YANG DISANA! KELUAR KAU, DAMNIT!!!” tapi Gi Hae justru berteriak.
“Gi Haeee... astaga... kau sudah gila...” Min Young bersembunyi dibelakang Gi Hae.

“Kalian...” terdengar suara seorang namja dari arah belakang. Min Young yang kaget langsung berteriak.
“Yash! Min Young! Lihat! Itu orang!” tunjuk Gi Hae.
“Hee... ah... aaah... mianhaeee... ehehehe... kupikir... kau hantu ahahaha...” malu Min Young saat menyadari kalau ternyata dibelakangnya hanyalah seorang namja. Kelihatan seumuran, bahkan wajahnya tampan. Kakinya terlihat pincang. Ia memakai seragam yang sama seperti yang dipakai Gi Hae maupun Min Young.
“Kalian mengapa masih disini?” tanya namja itu.
“Kau... suara tadi itu suara seret kaki mu? Kaki mu kenapa?” tanya Gi Hae.
“Ah... ini karena kecelakaan. Hey... kalian sebaiknya cepat pulang!” suruhnya.
“Maunya begitu. tapi kami kena hukum, dan harus ikut pelajaran tambahan.” Jawab Min Young.
“Kabur saja. Malam-malam disini tidak aman, apalagi untuk seorang yeoja. Pulanglah.”
“Memangnya kenapa?”
“Mereka berniat jahat... lebih baik kalian lari sekarang.” Serius namja itu. Gi Hae dan Min Young terdiam dan terus memerhatikan namja itu.

“Dia gila, Min Young. Ayo cari kedua guru culun itu.” Gi Hae membalik badannya, tidak peduli pada namja itu. Tapi Min Young masih memerhatikan nya.
“Kau sendiri kenapa belum pulang? Kau bilang bahaya.” Ujar Min Young pada namja itu.
“Aku? Rumah ku disini.”
“He? Kau murid sini kan?”
“Dulu nya.”
“......... Aku tidak mengerti.”
“Tak perlu dimengerti.” Senyum namja itu.
“Sudah kubilangkan... dia itu gila...” ternyata Gi Hae mendengarkan pembicaraan mereka sekalipun sekarang dia sudah ada dibelakang Min Young.
“Siapa namamu?” tanya Min Young lagi. Entah mengapa rasanya ia sangat penasaran.
“Jong Hyun. Kim Jong Hyun.” Senyum lagi namja itu.
“Oh... hai Jo-......” baru saja Min Young mau menyapanya, tapi namja itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Mata Min Young langsung membesar. Sedangkan Gi Hae yang dibelakangnya justru maju ke depan. Ia berlari ke tempat dimana namja bernama Jong Hyun tadi berdiri.

Gi Hae menoleh ke kanan dan kiri. Nihil. Tidak ada apapun. Seperti asap, Jong Hyun menghilang begitu saja terbawa angin. Kaki Min Young lemas. Ia jatuh terduduk.

“Kalian berdua... kucari-cari ternyata disini. Ayo cepat pelajaran mau dimulai, kalian tidak mau pulang malam kan?” tiba-tiba Hee Chul muncul dari belakang Gi Hae.
“Sanjangnim...... kau lihat namja tadi? yang kakinya pincang??” tanya Gi Hae.
“He? Tidak ada... disini sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Sudah ayo masuk kelas. Min Young, kenapa kau duduk disana?! Ayo masuk kelas. Jangan berani-berani kabur dari hukuman!”

Mereka pun kembali ke kelas. Di kelas, yang lainnya sedang mengerjakan soal yang ada di papan tulis, walau terlihat malas-malasan. Gi Hae dan Min Young duduk kembali dikursi mereka.

“Gi Hae, Min Young, kalian berdua kerjakan soal itu dulu. Kalian yang lain lanjutkan kerjaan kalian. Nanti aku masuk lagi.” Hee Chul pun kembali keluar.
“Ha... apa-apaan guru itu! Main masuk, memberi soal, pergi, masuk dan pergi lagi?!” protes Si Won.
“Darimana saja kalian? Kenapa lama sekali?” tanya Sung Min.
“Iya! Kalian tidak tahu kita dapat berita penting!” heboh Onew.
“Berita penting??” ulang Gi Hae, sedangkan Min Young masih lemas karena peristiwa tadi.
“Iya! Ternyata cerita Dong Hae itu tidak semuanya salah! Sekolah ini memang ada hantunya! Henry! Tunjukan berita yang tadi!” suruh Onew. Henry pun memberikan hapenya pada Gi Hae.
“......... Oh... dia... tadi aku sudah bertemu dengannya.” Gi Hae mengembalikan hape Henry tanpa membaca beritanya, ia hanya melihat sekilas dan melihat poto yang tertera di dalam berita tersebut.
“Apa maksudmu?” bingung yang lainnya.
“Si Jong Hyun itu, kan? tadi aku bertemu dengannya.”
“Yang benar?!!”
“Tanya saja Min Young.”
“Kalian bercanda! Gi Hae! Jong Hyun itu korban bunuh diri!! Ia di tindas oleh teman-temannya, sampai kakinya patah!! ia itu pemain bola di sekolah, dan cita-citanya adalah menjadi pemain bola Internasional, semua hancur semenjak kakinya patah!! Ia akhirnya bunuh diri! Disekolah ini, Gi Hae!!” cerita Henry sambil membaca berita dari hapenya keras-keras.

Gi Hae dan Min Young hanya bisa menatap Henry lama, karena mereka sendiri tidak tahu apa yang harus mereka katakan. Biar tidak mau percaya, tapi Gi Hae melihat sendiri dengan mata kepala nya kejadian saat Jong Hyun menghilang. Sedangkan Min Young, ia terlalu takut untuk mendengar itu semua.

“Ya... aku mengerti... tapi aku juga beneran... ia terlihat sehat tadi. walau kakinya memang pincang.” Gi Hae berusaha tetap dengan nada biasa.
“Kalian berdua tidak apa, kan?” tanya Kyu Hyun.
“Aku khawatir pada Min Young. Tadi mereka sempat berbincang-bincang.”
“Kalau aku jadi kau, aku lebih mengkhawatirkan diri sendiri, karena kau menyebutnya gila.” Jawab Min Young. Tapi Gi Hae justru tertawa.
“Ya... aku khawatir aku yang jadi gila sekarang.” Baru saja Gi Hae selesai tertawa sendiri, tiba-tiba semua menjadi gelap. Listrik telah mati.

“...Ng... Gi-Gi Hae......” serak Min Young. Badannya kaku tak dapat bergerak. Sedangkan yang lainnya terdiam, mereka masih kaget karena lampu tiba-tiba saja mati.
“Setidaknya ada cahaya dari hape.” Ujar Key. Semuanya langsung mengeluarkan hape mereka dan membuat cahaya darinya.
“Baru jam setengah 8.” gumam Dong Hae.
“...Pulang... aku mau pulang......” isak Min Young, ia bersembunyi di belakang Gi Hae, menutupi wajahnya sendiri karena ketakutan.
“......Kita tidak bisa keluar kalau listrik tidak menyala... gerbang tak akan terbuka... lagipula... untuk membuka pintu depan gedung sekolah ini kan menggunakan kartu...” jelas Si Won.
“Cih... Resiko sekolah canggih yang semuanya menggunakan teknologi.” keluh Key.
“Aku tidak mau tahu... aku mau pulang!!” histeris Min Young.
“Tidak bisa...... sepertinya kita terpaksa menginap disini malam ini...” ujar Sung Min.

~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~

“Sekarang apa?” tanya Onew memecahkan keheningan. Sekarang mereka semua duduk dilantai, membentuk lingkaran dengan mendapatkan cahaya dari hape-hape mereka yang dikumpulkan menjadi satu dilantai.

“Sebenarnya daritadi aku bertanya-tanya... kemana perginya dua guru itu?” tanya Si Won.
“Kenapa kita tidak cari mereka saja?” usul Sung Min.
“Kau saja.” Jawab yang lainnya serempak.
“Oh ayolah... masa aku sendirian?”
“Kau takut?” tanya Dong Hae dengan nada mengejek.
“Bukannya takut... tapi... masa harus aku? Kenapa tidak kau saja?” tanya Sung Min balik.
“Malas.”
“Nah... aku juga...”

“Tapi aneh... mereka tidak mencari kita? Apa mereka tidak peduli? Atau apa?” tanya Henry sekarang.
“Aaah... ayolah jangan bertanya lagi! Cukup berpikirnya untuk hari ini! Daritadi banyak sekali pertanyaan yang masuk ke dalam otakku! Ini semua karena soal-soal jahanam dari guru baru sialan itu!” kesal Key.
“Aku lapar...” gumam Min Ho.
“Aku ingin pulang...” sambung Min Young.

“Aku sebenarnya bingung... kenapa sinyal daritadi tidak ada ya? Jadi tidak bisa menghubungi keluar nih...” tanya Henry lagi.
“Cukup Henry! Bukankah tadi aku sudah bilang?! Jangan banyak tanya deh! Berisik tau!” omel Key.
“Bukankah kau sendiri yang berisik?” ujar Gi Hae tanpa melihat kearah Key.
“Aku tidak bicara padamu.”
“Tapi mulut mu itu berisik. Hanya mengeluarkan kata-kata keluhan. Dasar namja tidak berguna.” Ledek Gi Hae.
“Memangnya apa yang kau lakukan daritadi? Hanya duduk terdiam. Bahkan tidak memikirkan caranya keluar. Atau kau tidak punya otak?!” balas Key.
“Sendirinya lah yang tidak punya otak, hanya bisa mengeluh karena tidak dapat berpikir.”
“Kau itu... aku sudah mengira, sejak tadi hanya ejekan yang kau katakan! Kau sungguh memuakkan!”
“Kau pikir aku tidak muak mendengar omelan mu sejak tadi, huh?! Lihat siapa yang daritadi hanya menganggangu saja!”
“CUKUP! Kalau kau punya masalah padaku! Ayo katakan semuanya! Apa mau mu sekarang, huh?!!” Key sudah di puncak amarahnya.
“YA! Aku punya masalah dengan mu!! Aku punya masalah dengan semua orang yang hanya banyak omong padahal dia tidak bisa apa-apa!! Hanya merepotkan! Menyusahkan! Mau ku sekarang adalah kau menghilang dari hadapan ku sekarang!!” begitu juga Gi Hae, ia memiliki emosi tinggi yang sama dengan Key.
“Kau pikir siapa juga yang mau ada di sekitar mu?! Aku juga benci dengan orang yang bisanya hanya mengomentari orang lain tanpa melihat dirinya sendiri kalau dia itu busuk!!”

“KALIAN BERDUA DIAM LAH!!” teriak Kyu Hyun yang berhasil menghentikan Gi Hae dan Key. Keduanya langsung saling membuang muka dan duduk terdiam dengan wajah kesal mereka.
“Lebih baik kita sama-sama keluar. Kita cari jalan bagaimana caranya pulang.” Usul Si Won.
“Si Won benar. Karena kita semua ada 10 orang, bagaimana kalau berpencar?” ikutan Onew.
“Ada 10 orang? Dua orang masing-masing. Jadi ada 5 group.” Jawab Kyu Hyun.
“Ya, begitu juga bisa. Karena ada dua yeoja, sebaiknya mereka tidak disatukan.” Ujar Sung Min.
“He? Kenapa??” bingung Min Young.
“Itu karena kalau ada apa-apa, siapa yang akan melindungi kalian? Aku tahu Gi Hae pemberani, tapi tetap saja dia seorang yeoja.” Jelasnya.
“Ku rasa Sung Min benar. Bahaya untuk kalian. Dan sepertinya Gi Hae tidak bisa disatukan dengan Key.” Sambung Min Ho.
“Ya, sisanya di undi saja.” Dong Hae memberi usul.

Mereka pun mengundi sampai akhirnya masing-masing mendapatkan pasangan. Gi Hae dengan Onew, Min Young dengan Sung Min, Kyu Hyun dengan Henry, Si Won dengan Dong Hae, dan Key dengan Min Ho.

“Ada yang merasa tidak cocok dengan partnernya?” tanya Henry.
“Ku rasa begini sudah bagus.” Jawab Dong Hae. Sedangkan yang lainnya mengangguk tanda setuju.
“Baiklah. Kita berpencar. Cari jalan keluar, dan cari juga dua guru tidak guna itu.” Si Won berdiri dan membuka pintu kelas.

To Be Continued




Tidak ada komentar:

Posting Komentar