Author: Gi and MY
Genre: Thriller, Horror, Angst
Rate: nc 17 (ada beberapa adegan kekerasan)
Cast: Gi Hae, Min Young, Sung Min, Si Won, Dong Hae, Kyu Hyun, Henry, Onew, Key, Min Ho, Hee Chul, Yesung.
><><><><><><><
Sung Min dan Min Young berjalan dalam diam. Mereka mendapatkan cahaya hanya dari hape mereka masing-masing. Sinyal masih belum dapat ditemukan, sehingga tidak ada satupun yang bisa menghubungi keluar.
“Kita mau kemana, Sung Min?” tanya Min Young akhirnya setelah terdiam lama.
“Aku daritadi penasaran dengan dua guru itu. Kita ke ruang guru saja.”
“Oke...”
Sedang jalan dalam diam sambil melihat ke sekitar, Min Young menyadari kalau ia melihat seberkas cahaya dari suatu ruangan. Karena rasa penasaran nya lebih besar daripada takutnya, tanpa bicara apa-apa, ia menghampiri sumber cahaya itu. Sampai ia pada suatu kelas yang sepi.
“Kok kelas ini lampunya menyala? Bukannya listrik mati ya??” bingung Min Young sambil berjalan masuk. Tiba-tiba lampu mati, Min Young pun tersentak kaget. Ia membalikkan tubuhnya dan berniat untuk kembali ke tempat Sung Min, tapi ternyata pintu sudah tertutup. Ia mencoba untuk membuka pintu, tapi percuma...... ia terkunci di dalamnya. Seorang diri.
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
Sung Min yang merasa ada yang aneh, ia menoleh kebelakang dan tidak menemukan siapa-siapa. Kemana Min Young? Batinnya. Ia mencari Min Young ke sekitarnya, tapi nihil, ia tidak menemukan yeoja itu dimana-mana.
“......... Min Young...? ...... Mungkin dia tidak suka berjalan dengan ku... yasudahlah, ke ruang guru saja sendiri.” Sung Min yang memang dasarnya malas direpotkan akhirnya memutuskan untuk kembali berjalan ke ruang guru.
Ia sampai di depan ruang guru. Dengan segera ia buka pintu itu yang ternyata tidak terkunci. Ia masuk dan memandang ke sekitar. Sepi. Banyak ruangan-ruangan yang terkunci. Ia menyusuri ruang guru itu dan mencari dimana ruangan pribadi Hee Chul juga Yesung.
Sampai akhirnya ia menemukan satu ruangan pribadi yang pintu nya terbuka. Ia mengintip kedalamnya, tidak ada siapa-siapa. Ia masuk dan memandang kesekitar. Ruangan yang lumayan besar. Ada satu meja di pojokan, kursi yang kelihatannya berat, lemari yang terlihat kosong, komputer, dan terakhir ia melihat dua sofa kecil yang terlihat empuk.
“Enak ya jadi guru... ruangannya asyik...” ujarnya. Sung Min tertarik pada meja guru itu yang terlihat banyak sekali kertas berserakan diatasnya. Ia melihat ada beberapa poto.
“He? Siapa ini? Nanti dulu... rasanya mengenalnya, ini Yesung? Si guru culun itu? Beda sekali...... dimana dia ini? Kok rasanya aku mengenal tempat ini?” Sung Min menemukan poto lainnya.
“Siapa mereka? Apa ini murid-muridnya? Dulu dia seorang guru juga? Tapi kok rasanya aku tidak asing lagi dengan kelas ini......” Sung Min jadi terlalu asyik memperhatikan poto tersebut. Tanpa ia sadari, seseorang mengawasinya dari belakang.
Orang itu mengambil bangku yang ada disitu. Karena berat, orang itu pun menimbulkan suara, Sung Min pun jadi sadar akan kehadiran orang itu. Sung Min langsung membalikkan badan dan melihat siapa yang ada di belakangnya.
Tapi terlambat, orang itu memukul keras kepalanya dengan bangku tersebut. Sung Min pun terpental kesamping. Darah mengucur dari kepalanya yang sepertinya langsung bocor. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya, Sung Min berusaha bangkit. Orang itu dengan enteng mengambil kerah kemeja seragam Sung Min.
Samar-samar Sung Min melihat kilauan tajam sebuah pisau tepat di depan matanya. Ia berusaha melihat wajah orang itu, tapi hanya senyuman orang itu yang mampu ia lihat.
Tanpa menunggu lama lagi, orang itu dengan enak langsung membelek leher Sung Min. banyak darah yang keluar dari leher Sung Min. lama ia menikmati darah-darah itu, setelah ia yakin namja ditangannya sudah tidak bernyawa, ia menghempaskan tubuh Sung Min yang lemas itu di sofa.
“......Siapa yang culun sekarang? Murid pemalas...” seringai orang itu penuh kemenangan.
~+~+~+~+~+~+~+~
“Kita kembali saja ke kelas, yuk. Ini hanya merepotkan saja. Aah... seandainya Dong Hae tidak mencari masalah, aku tidak akan terjebak disekolah busuk ini...” keluh Gi Hae.
“Yah...... seandainya aku juga tidak ketahuan membeli soal...... pasti sekarang aku lagi enak-enak santai dirumah.” Ikutan Onew.
“Kau...... beli soal? Yak! Pantas saja kau pintar!” kaget Gi Hae yang mendengar omongan Onew.
“Hehehehe... keren kan?” Onew malah bangga.
“Kau pasti memanfaatkan kekayaan orang tua mu. Huh... kau tidak jauh beda dari yang lainnya...”
“Yak... jangan bicara seakan kau sendiri tidak memanfaatkan kekayaan ayah mu untuk mengambil hati kepala sekolah ya! Lagipula, aku beli soal pakai uang ku sendiri.”
“Bagaimana bisa? Kau kerja?”
“Tidak. Gampang saja sih sebenarnya. Aku beli soal yang pertama memang menggunakan uang ayah ku, tapi soal itu aku perbanyak, lalu ku jual lagi ke orang lain sampai akhirnya uang ku kembali, bahkan balik modal. Hebat kan?” cengir Onew.
“Huh... dasar otak bisnis...”
Keduanya terdiam. Tidak ada lagi topik yang mereka bicarakan sampai akhirnya Gi Hae mendengar suara seperti kaki diseret. Ia kenal suara ini karena ia pernah mendengar sebelumnya. Ia terhenti dan menoleh kebelakang, tapi tidak ada siapa-siapa disana.
Karena ia merasa terganggu, ia pun akhirnya menghampiri ke arah sumber suara. Yeoja ini sama sekali tidak takut akan apa yang nantinya ia temukan, ia hanya penasaran dengan suara itu. Ia meninggalkan Onew yang terus berjalan tanpa melihat lagi ke sampingnya kalau sebenarnya Gi Hae sudah menghilang.
Lama Onew berjalan dalam diam, sampai akhirnya ia merasa bosan.
“Gi Hae, kita mau berjalan kemana nih... aku lel-......... Gi Hae?? Loh...... kok hilang...?” Onew baru sadar kalau ia hanya sendirian disana.
~+~+~+~+~+~+~+~+~
Gi Hae mengikuti terus kearah suara, sampai akhirnya suara itu berhenti.
“Jong Hyun... aku tidak takut padamu. Aku tahu itu kau! Keluar kau! Dan katakan apa mau mu menganggu kami?!” omel Gi Hae entah pada siapa. Tapi baru saja Gi Hae selesai mengomel, ia mendengar ada suara berisik dari arah suatu kelas. Ia langsung menghampiri.
Karena penasaran, ia pun membuka pintu itu, tapi susah. Gi Hae terus berusaha membuka pintu itu sampai akhirnya terbuka. Tiba-tiba seseorang langsung menubruknya dan memeluknya erat.
“WAAAA!!” kaget Gi Hae. Ia berusaha melepaskan pelukan orang itu sampai ia sadar kalau ternyata itu Min Young. Ia melihat wajah Min Young yang pucat dan basah karena menangis.
“KIM MIN YOUNG!! Kau itu punya hobby mengagetkan ku ya? Mengapa kau suka sekali menubruk dan langsung memelukku sih?!!” omel Gi Hae, sedangkan Min Young kembali memeluk Gi Hae.
“Takut.... Gi Hae!! Pulaaaaannng!!” isak Min Young. Menyadari Min Young gemetar, akhirnya Gi Hae membiarkan yeoja itu memeluknya.
“Bodoh...... diamlah... suara tangis mu menyakitkan telingaku tau...” bisik Gi Hae. Biar cara ngomongnya kasar, tapi ia menenangkan Min Young. Setelah lama, akhirnya Min Young tenang.
“Sekarang jelaskan padaku apa yang terjadi? Kemana Sung Min? dia meninggalkan mu?”
“Anni. Tapi aku yang meninggalkan Sung Min tadi dan pergi kesini.”
“Sungguh aku tak dapat mengerti jalan pikir mu, Min Young. Kau itu penakut, tapi justru pergi meninggalkan Sung Min? dan justru kesini!? Kau itu bodoh atau memang sudah idiot!?!”
“Habisnya tadi lampu kelas ini menyala! Aku penasaran dan masuk. Tapi tiba-tiba mati dan aku terkunci didalamnya! Ini pasti kerjaan hantu Jong Hyun!!”
“...... Kalau begitu ia juga ingin menjebak ku dong... habisnya tadi dia yang membuat ku ke arah sini...”
“Gi Hae... ayo kita pulang... aku ingin cepat-cepat pergi dari sini!!”
“............... Tapi aku jadi penasaran... mengapa dia ingin menjebak kita...... aku jadi ingat kata-kata dia, saat mengatakan kalau mereka punya niat jahat. Siapa mereka? Dan apa maksudnya bicara seperti itu pada kita?” Gi Hae tampak berpikir.
“Aku tidak peduli! Yang penting kita pulang!!” histeris Min Young.
“Diamlah Min Young! Aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi...... kita harus memastikannya!” tiba-tiba saja Gi Hae berjalan menjauh.
“Gi Hae! Mau kemana! Yash! Lee Gi Hae!!” karena takut terpaksa Min Young mengikuti Gi Hae.
~+~+~+~+~+~+~+~+~
“Sejak kapan kita sampai di ruang guru, ya??” gumam Kyu Hyun pada dirinya sendiri.
“Yah... karena sudah sampai sini, kenapa tidak cek ke dalamnya?” usul Henry. Mereka pun masuk ke dalam ruang guru yang sudah terbuka pintunya.
Henry yang iseng mencoba untuk membuka satu-satu ruang pribadi guru yang sudah jelas terkunci. Sedangkan Kyu Hyun berjalan lurus sampai ia menemukan ruangan pribadi yang terbuka. Ia memasukan kepalanya ke dalam untuk melihat isi ruangan tersebut.
Tapi suatu pandangan membuatnya tercengang. Ia melihat ada sebuah mayat yang tergeletak lemas di sofa. Ia membesarkan matanya setelah ia sadar kalau ternyata itu adalah Sung Min. Kyu Hyun melihat kalau leher Sung Min nyaris saja putus, darah masih terus mengalir dari dalamnya.
Ia terpaku pada pandangan itu, ia bahkan tidak bisa bicara untuk memanggil Henry yang masih asyik mencoba membuka ruangan pribadi guru lainnya. Baru ia sadari kalau disana berdiri seseorang. Orang itu membelakanginya, sibuk membereskan berkas-berkas diatas mejanya.
“Eh, Kyu Hyun! Ada yang berhasil ku buka hahaha! Ternyata kemampuan ku untuk membuka pintu menggunakan peniti masih hebat!!” bangga Henry. Karena teriakan Henry, membuat orang itu sadar kalau ada mereka disana. Orang itu menoleh dan melihat Kyu Hyun yang panik.
“LARI HENRY!!” teriak Kyu Hyun memberitahukan. Henry baru saja mau masuk ke dalam langsung menoleh kearah Kyu Hyun heran.
“Apa mak-...”
Henry melihat Kyu Hyun ditarik oleh seseorang yang tak terlihat. Kyu Hyun berusaha untuk melepaskan dirinya, tapi sebuah pisau menancap tepat di kakinya, membuat Kyu Hyun langsung rubuh. Henry berlari ingin menyelamatkan, sampai ia sadar seseorang keluar dari ruang pribadi guru itu.
Kyu Hyun mencabut pisau yang ada di kakinya, namun orang itu langsung menarik Kyu Hyun dan melempar Kyu Hyun menabrak meja di ruangannya.
“ARRRGHH!!” teriak Kyu Hyun dari dalam. Henry yang masih terpaku melihat orang itu akhirnya sadar. Ia berpikir keras dan melihat ke sekitarnya, senjata apa yang bisa untuk melawan orang itu.
“HENRY!! PERGI DARI SINI!! CARI BANTUAN!! BERITAHU YANG LA- ARRRRGGGHHH!!!” teriak Kyu Hyun dari dalam ruangan. Henry melihat ada satu lagi ruangan pribadi yang terbuka pintunya, tepat disebelah ruangan dimana Kyu Hyun ditarik. Tanpa pikir panjang, Henry berlari ke dalamnya dan masuk. Ia tidak merasa curiga kalau saja di ruangan itu penuh alat keras. Ia mengambil besi panjang dan keluar untuk menyelamatkan Kyu Hyun.
Henry masuk ke dalam ruangan yang ada Kyu Hyun nya, tapi baru saja masuk, ia melihat dengan jelas, perut Kyu Hyun yang sudah robek. Terlihat ususnya berantakan keluar. Darah mengucur dari mulut Kyu Hyun. Ia juga sempat melihat mayat Sung Min yang kepalanya hampir putus itu.
Terakhir ia melihat sang pelaku. Orang itu mendekat kearah Henry dengan cepat, pisau yang terlihat tajam dan berlumuran darah itu hampir saja menusuk perut namja itu. Tapi dengan sigap Henry memukul orang itu dengan besi yang ia ambil.
Orang itu limbung, dan kesempatan itu Henry manfaatkan untuk melarikan diri. Sekencang-kencang nya ia berlari sambil berteriak-teriak memanggil yang lainnya. Ia tidak tahu kemana ia berlari, yang sekarang ada diotaknya hanyalah pergi menjauh dari orang itu dan memberitahukan yang lainnya.
Sampai akhirnya ia menabrak seseorang.
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
“Gi Hae?! Kau dimana sih?! Jangan tambah kerjaan ku lagi! Masa aku harus mencari mu juga sekarang?! Gi Haeeee!!” Onew berteriak-teriak mencari Gi Hae, tapi yeoja itu tak kunjung juga ia temukan.
Tiba-tiba seseorang menabraknya dari belakang. Ia langsung menoleh dan kaget melihat Henry dengan wajah paniknya. Keringat mengucur dari kening namja itu. Henry menunjuk-nunjuk kebelakangnya, seakan ada yang mengejarnya. Namja itu terlihat susah sekali untuk bicara karena napasnya masih tercekat.
“Tarik napas dulu Henry! Tenang, tenang! Ada apa sebenarnya?” Onew berusaha menenangkannya.
“Itu, itu!! Onew!! Kyu Hyun dan Sung Min!! dia!! Dia membunuh mereka!! Dia pembunuh!!” Henry panik.
“HAH?!! PEMBUNUH?! Siapa pembunuh?! Apa maksud mu sih?!! Kyu Hyun dan Sung Min kenapa?!!” Onew pun jadi ikutan panik. Tanpa mereka sadari, ada yang menghampiri mereka.
“DIA IT-...”
DUAG!! BUK!!
Henry dan Onew langsung rubuh tak sadarkan diri. Kedua namja itu baru saja di pukul keras di bagian tengkuk mereka.
“Ketahuan?” tanya seorang namja yang tadi memukul Onew.
“Kau lama sih. Tadi si pemalas Sung Min masuk ke ruangan ku. Tapi dia sih sudah kubereskan. Terus si pembolos Henry dan si pembuat onar Kyu Hyun masuk juga. Kyu Hyun sudah dibereskan. Tapi Henry melarikan diri... baguslah kau muncul.” Jawab namja lain yang tadi memukul Henry.
“Kau memang tidak bisa kalau tidak ada aku ya?”
“Tapi daritadi aku yang membereskan setan-setan kecil ini... kau kemana saja sih?!”
“Kau kan yang menyuruh ku mengambil alat-alat lab untuk digunakan nanti!”
“Tapi tak perlu memakan waktu lama kan? ...... lalu mereka berdua mau diapain nih? Mereka belum mati kan??” orang yang sudah berlumuran darah itu menendang-nendang tubuh Henry yang tepat dibawahnya.
“Sepertinya tidak. Hanya pingsan. Hey... gantian dong... Kau kan ku suruh mencari para setan yang lainnya... sepertinya mereka berkeliaran, sana cari!”
“...... Main-main dulu deh... baru setelah bersenang-senang aku janji aku yang cari mereka.”
“Cari saja loh. Aku juga mau bersenang-senang sama sisanya!”
“Iya, iya. Yang penting dua anak ini dulu.”
“Aku punya permainan baru... mau coba?”
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
“Gi Hae... apa yang mau kau lakukan??”
“Kau dengar sendiri tadi ada keributan disini, kan Min Young. aku ingin tahu...” keduanya bicara dalam berbisik. Gi Hae perlahan membuka pintu ruang guru dan melihat situasi di dalam. Sepi.
“Tidak ada apa-apa...” gumam Min Young. Keduanya memperhatikan kesekeliling. Sampai akhirnya Gi Hae terpeleset sesuatu, tapi Min Young langsung memeganginya.
“Gomawo.”
“WAA! GI-...” Min Young baru saja mau berteriak, tapi Gi Hae langsung membekapnya.
“Ssstt! Jangan berisik!”
“I-itu! Gi-Gi-Gi Hae...... itu... itu... da-darah...” Min Young menunjuk ke lantai. Gi Hae baru menyadari kalau banyak darah berceceran di lantai. Ia juga melihat kalau banyak sekali kertas-kertas berserakan.
“...Sepertinya ini karena keributan tadi...” Gi Hae mengambil salah satu kertas di dekat kakinya.
“Gi Hae... keluar yuk... cari yang lain...”
“Sebentar lagi Min Young...” Gi Hae justru berjalan semakin ke dalam. Ia melihat ada dua ruang pribadi guru terbuka. Pertama ia melihat masuk ke ruang pribadi guru yang terlihat sedikit rapih, di dalam nya banyak sekali benda-benda keras, pisau-pisau dan semacamnya. Dia keluar dan ke ruangan disebelahnya.
Ia tercengang melihat pemandangan di dalam. Kaki nya langsung lemas, tangannya memegangi pintu dengan erat agar tubuhnya tidak jatuh terduduk. Sedangkan Min Young hanya bisa berdiri diam jauh dibelakangnya. Beda dengan Gi Hae, ia justru terdiam di tempat tadi sambil masih memperhatikan darah-darah di lantai.
Gi Hae kembali pada Min Young, dan Min Young baru menyadari kalau wajah Gi Hae berubah menjadi pucat. Tangannya gemetaran. Keringat mengucur dari keningnya.
“Kau tak apa Gi Hae?”
“Jangan pergi ke sana, Min Young...”
“He? Memangnya ada apa?”
“Turuti saja apa kataku...... ...... apa ini?” Gi Hae mengambil seperti sebuah amplop berwarna coklat dan berukuran besar yang tergeletak di lantai. Min Young masih saja memandangi Gi Hae. Gi Hae mengeluarkan isi amplop tersebut.
“Apa itu?”
“...... Surat...... surat keterangan rumah sakit jiwa......” jawab Gi Hae tampak shock.
“He? Rumah sakit jiwa??” bingung Min Young. Tapi tiba-tiba Gi Hae terlihat seperti buru-buru, ia mengacak-acak kertas-kertas di lantai, seperti mencari sesuatu. Ia membaca sebentar beberapa kertas dan wajahnya jadi tampak semakin pucat.
“Gi Hae sebenarnya apa yang terjadi?!” Min Young sejak tadi kebingungan melihat Gi Hae sampai tiba-tiba terdengar suara berisik lagi, tapi kali ini dari luar ruangan guru. Gi Hae panik, ia melihat kesekitar dan akhirnya ia menemukan satu lagi ruangan pribadi guru yang terbuka. Ruangan yang tadi di buka Henry. Tanpa pikir panjang, ia menarik Min Young masuk, menutup pintu dan keduanya bersembunyi di dalamnya.
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
“Dong Hae... daritadi kita mengelilingi sekolah... kok tidak bertemu yang lainnya ya? Apa jangan-jangan mereka sebenarnya diam di kelas?” tanya Si Won.
“AH! Jangan-jangan benar!! Sialan! Kenapa tidak terpikirkan oleh ku! Kalau begitu ayo kita kembali saja ke kelas!” kedua namja itu pun akhirnya memutuskan untuk kembali kedalam kelas. Tapi diperjalanan, kedua nya justru terhenti karena melihat sesuatu yang membuat mereka tesentak kaget.
Mereka melihat seseorang sedang menarik tubuh Henry dan Onew yang sudah berlumuran darah. Wajah keduanya terlihat rusak. Ada banyak pisau-pisau kecil menancap di kedua wajah Henry dan Onew. Sepertinya keduanya habis dijadikan alat mainan. Sedangkan dikedua tubuh namja itu sudah banyak sayatan-sayatan pisau.
“Itu...... si guru baru itu?! Hee Chul?!” kaget Dong Hae.
“Sialan... apa yang ia lakukan pada Henry dan Onew?!” begitu juga Si Won. Keduanya bersembunyi di balik tembok dan terus mengawasi Hee Chul.
“Dia orang gila!”
“Dong Hae...... kau cari Yesung! Beritahu dia kalau Hee Chul pembunuh! Biar dia ku urus sebentar! Cepat!”
“Tapi tak apa Si Won?”
“Aku jauh lebih kuat dibandingkan kau, kan? lihat badan ku ini... lawan dia? Aku tidak takut! Biar ku lumpuhkan dia! Toh aku sudah bertahun-tahun belajar bela diri. Ayo cepat cari Yesung!”
“Baiklah. Kau berusahalah! Aku percaya padamu, Si Won, kau pasti bisa! Tunggu aku ya!” Dong Hae pun lari mencari Yesung.
Si Won melihat kesekitar nya dan menemukan kapak di dalam kotak darurat. Ia memecahkannya dan mengeluarkannya.
“SIAPA DISANA?” teriak Hee Chul yang mendengar suara pecahan kaca. Si Won diam saja, ia sengaja membuat Hee Chul yang pergi menghampirinya. Sesuai dengan keinginan Si Won, Hee Chul pun bergerak mendekat. Sampai akhirnya Hee Chul sudah tinggal selangkah lagi, Si Won akhirnya keluar dan langsung menerjang Hee Chul dengan kapak kecil itu.
Diluar dugaan Si Won, Hee Chul yang sigap langsung menghindar dari serangan Si Won. Tapi memang Si Won sudah terlatih, ia memutar tubuhnya dan kakinya bergerak menendang kencang Hee Chul. Hee Chul berhasil terpental jauh kebelakang. Si Won dengan cepat mendekati Hee Chul dan naik keatas nya. Ia bersiap untuk menyerang Hee Chul dengan kapaknya, tapi Hee Chul tak tinggal diam, ia mengeluarkan gunting dari kantungnya dan langsung menusuk paha Si Won.
“ARRGHH!! SIALAN!! RASAKAN INI!!” Si Won dengan tak tentu arah karena rasa sakit di pahanya, ia menyerang Hee Chul dengan kapaknya. Alhasil tak ada satupun serangan Si Won yang kena. Sampai akhirnya, seseorang dengan enak menusuk perut Si Won dari belakang.
Si Won yang masih bernyawa melirik kebelakang. Tapi yang ia lihat justru Dong Hae yang merangkak di lantai, jauh dibelakangnya. Tangan Dong Hae seakan ingin menggapai Si Won, terlihat kaki Dong Hae bengkok. Wajahnya sudah berlumuran darah. Jari nya pun sudah hilang-hilangan.
“Si...Si Won......... mian...mianhae... mereka...... pembunuh...” ujar Dong Hae ditengah-tengah sakitnya.
Orang dibelakang Si Won ternyata adalah Yesung. Pisau masih menancap di punggung Si Won. Hee Chul yang ada di bawah Si Won pun mengambil pisau yang lebih panjang dan lebih tajam. Ia bangun dan menusuk tepat di dada Si Won. Darah keluar dari mulut Si Won. Ia menatap Hee Chul dengan penuh kemarahan.
Hee Chul tersenyum pada Si Won, lalu ia merobek dada Si Won menggunakan pisau itu. Ia menaikkan dengan kasar pisau itu sampai kira-kira ujung leher Si Won. Banyak sekali darah keluar dari belekan dada Si Won.
Yesung mencabut pisau yang dibelakang dan menghampiri Dong Hae yang sudah lemas di lantai.
“Tadi dia dengan enak justru menghampiri ku masa...” cerita Yesung pada Hee Chul yang lagi asik mencoba mengeluarkan paru-paru Si Won.
“Lalu kenapa tidak langsung kau bunuh tadi?”
“Kalau aku tidak buru-buru, kemungkinan anak itu membunuh mu kan? harusnya kau berterimakasih padaku.” Ujar Yesung sambil akhirnya ia menancapkan pisau tadi tepat dijantung Dong Hae. Dia pun mengikuti jejak Hee Chul, ia membelek daerah dadanya, dan berusaha mengeluarkan jantung Dong Hae.
“Dia tidak mungkin membunuhku. Paling tidak ya... kuping ku hilang satu... tapi tadi tendangannya lumayan... paru-paru ini sebagai pembalasan ia telah berani-beraninya menendangku.” Hee Chul menyeringai melihat paru-paru Si Won yang berhasil ia keluarkan.
“Kau mau jantung? Sebenarnya aku tak butuh ini... aku hanya ingin tes apa pisau ku setajam punya mu...”
“Oh, terimakasih... kau membantu ku mengumpulkan koleksi ku.”
“Ayo cepat bereskan, bawa mereka ke ruangan kita.” Yesung berdiri dan menyeret mayat Dong Hae.
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
“Min Young... coba lihat ini...” bisik Gi Hae sangat pelan bahkan nyaris tak terdengar. Yeoja itu memberikan sebuah kertas, seperti potongan koran pada Min Young.
Tertangkap murid-murid yang membuat onar pada Seoul High School. Mereka akhirnya di masukkan kedalam penjara khusus remaja. Dinyatakan, selama ini mereka menyiksa seorang siswa, Kim Jong Hyun. Akibat penyiksaan itu, Kim Jong Hyun mengalami patah tulang di kakinya. Pada akhirnya, Jong Hyun memutuskan untuk bunuh diri karena tidak kuat menerima penyiksaan dari murid-murid ini.
Selain Kim Jong Hyun, murid-murid ini dikatakan sering juga meledek, menghina, bahkan mengerjai sampai parah dua guru di sekolah ini. Kedua guru ini adalah guru yang baru saja mengajar di Seoul High School. Untung saja nasib mereka tidak sampai seperti Kim Jong Hyun. Hanya saja yang disayangkan, mental kedua guru ini jadi terganggu. Mereka dilarikan ke rumah sakit jiwa yang ada di Seoul.
Min Young langsung menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang ia baca.
“Lihat tanggalnya... itu kejadian 4 tahun yang lalu...... sebelum sekolah ini terjadi perombakan. Sekarang aku mengerti mengapa semua nya diganti...... karena kasus ini... sial... kenapa aku tidak pernah tahu tentang kabar ini sebelumnya.” omel Gi Hae, walau tetap dalam nada berbisik.
“Jadi...... jadi kedua guru itu......”
“Mereka orang gila...”
“Kenapa bisa ada disini?? Untuk apa mereka kesini Gi Hae?!” panik Min Young.
“Sepertinya mereka itu pintar-pintar. Aku yakin mereka berhasil melarikan diri! Mereka datang kesini untuk balas dendam... ya pasti seperti itu! Dan mereka mengincar murid-murid nakal... karena itu mereka menahan kita... mereka sakit jiwa! Min Young, kita harus menghindar dari mereka. Kita tidak boleh bertemu dengan mereka...”
Tiba-tiba saja terdengar suara orang membanting pintu. Gi Hae dan Min Young langsung menarik napas mereka. Keduanya tegang. Gi Hae mencoba mengintip, melihat keluar. Ia melihat ada dua orang sedang menarik 4 tubuh yang lemas.
Gi Hae membesarkan mata melihat itu semua. Sedangkan tangannya mencengkeram kuat tangan Min Young yang terduduk kaku di sampingnya. Biar tidak melihat, tapi Min Young yakin yang dilihat Gi Hae adalah sesuatu yang tidak akan pernah mau ia lihat.
“Tinggal 4 lagi ya?” tanya suara orang itu.
“Ya. Ayo cari mereka.” Kedua orang itu keluar lagi. Melihat mereka keluar, Gi Hae langsung lemas dan ikut terduduk di samping Min Young.
“......Mereka pembunuh......... sekarang aku mengerti apa maksud hantu tadi......” gumam Gi Hae pelan. Ia melihat kearah Min Young yang matanya sudah berkaca-kaca.
“Maksudmu...... Jong Hyun berusaha memperingati kita? Ia ingin melindungi kita??”
“......... ... Dia... ingin menyembunyikan kita di kelas itu Min Young... hahaha... dulu aku tidak percaya pada hantu...... tapi untunglah... sekalinya bertemu, justru bertemu dengan hantu yang baik...” senyum Gi Hae.
“Ini bukan waktunya kau merasa senang Gi Hae......” sedangkan Min Young terlihat semakin cemas.
“Ya, kau benar...... Kita harus keluar dari sini Min Young... kita harus cari jalan keluar...”
“Tap-tapi... kalau justru bertemu mereka?”
“Kau mau terus-terusan disini?! Ayo kita keluar!”
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
“Lapar......” gumam Min Ho.
“Daritadi hanya kata-kata itu yang kau keluarkan, Min Ho!” kesal Key.
“Yah... mau bagaimana lagi? Memang aku kelaparan... tadi aku tidak sempat makan siang......”
“Aku juga tidak sempat. Kan tadi kita ditahan di ruang guru baru bajingan itu. Menunggu sampai semua pulang dan kita masuk ke kelas untuk mengerjakan soal-soal biadab!”
“Haaa... cape... kemana yang lain sih? Kita tidak bertemu siapa-siapa... ngomong-ngomong... kita mau jalan sampai kapan?”
“Molla... aku sendiri saja tidak tahu apa yang kita cari sebenarnya sejak tadi...”
“Key! Lihat ini!!” Min Ho menunjuk ke lantai dimana darah berceceran.
“GODNESS! WHAT THE HELL ON EARTH?!!” kaget Key.
“Kalian berdua... lama sekali sih... kemana saja daritadi?” seseorang bertanya dari belakang mereka berdua. Keduanya menoleh dan melihat Hee Chul tersenyum di belakang mereka.
“Bye bye” Hee Chul melambai pada mereka berdua. Dan dari belakang, Yesung dengan cepat langsung memukul kepala Key dengan kapak yang sebenarnya tadi diambil Si Won. Sedangkan Hee Chul langsung menggolok kan leher Min Ho dengan pisau barunya yang biasa di pakai tukang daging.
“Tinggal dua lagi...” gumam Hee Chul yang lagi-lagi ia asik membelek dada Min Ho, berusaha mengeluarkan isi tubuh Min Ho.
“Tinggal yeoja-yeoja itu ya? Hem... penutupan yang mengasyikkan dong.” Tawa Yesung. Sedangkan namja yang ini menemukan cara lain untuk bermain dengan korbannya. Dengan kapak tajam itu ia asyik memotong satu per satu jari Key. Setelah selesai jari, pergelangan tangannya, lalu tulang belikatnya. Yesung seakan ingin membuat puzzle dari tubuh Key.
“Kemana kita cari mereka?” tanya Yesung.
“Entahlah... tunggu saja, nanti juga mereka lewat seperti si pemarah dan si pembolos ini.”
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
“Gi Hae... tunggu aku...” Min Young memanggil Gi Hae dari belakang. Mereka berdua jalan mengendap-endap, keluar dari ruang guru, melihat kanan-kiri sampai mereka yakin kalau aman baru mereka jalan lagi.
“Sekarang kau mau kemana?”
“Keluar. Kita panjat saja gerbang...” ide gila Gi Hae.
“Yang benar saja?!”
“Kau mau diam disini dan terbunuh oleh kedua guru gila itu?! Aku sih ogah.”
“...Iya sih...”
Saat sedang jalan, tiba-tiba Gi Hae terhenti dan menahan Min Young agar tidak melanjutkan jalannya. Ternyata di depan mereka, sedang asyik Hee Chul dan Yesung menghabisi Key dan Min Ho. Baru kali ini kedua yeoja itu melihat peristiwa pembunuhannya.
Gi Hae dan Min Young hanya bisa menelan ludah mereka. Keduanya sama sekali tidak bisa bergerak saking shocknya melihat pemandangan miris di depan mereka. Darah dimana-mana. Banyak sekali pisau atau benda-benda tajam lainnya yang dibawa oleh Hee Chul dan Yesung.
“Min Young... kita mundur pelan-pelan.” Bisik Gi Hae sangat pelan. Min Young mengangguk. Mereka pun mundur perlahan, tapi karena kaki Min Young yang gemetar, kakinya terbelit sendiri dan yeoja itu terjatuh. Karena itu, Hee Chul dan Yesung langsung menoleh, akhirnya mereka lihat kalau tidak jauh dari mereka ada Gi Hae dan Min Young.
“Wah, wah, wah... lihat siapa yang berdiri disana...” Yesung bangun dari duduknya. Ditangannya terlihat kapak yang berlumuran darah.
“Kemana saja kalian? Daritadi kami bosan melihat namja, namja, dan namja lagi...... kami butuh sedikit hiburan yang lain...” begitu juga dengan Hee Chul.
Gi Hae dengan sigap membangunkan Min Young dan maju ke depan Min Young. Ia menatap Hee Chul dan Yesung dengan tajam, seakan ia sama sekali tidak takut dengan apa yang dipegang kedua namja di depan nya.
“Min Young...... kau tunggu apa lagi?! Cepat lari sekarang! Kau keluar dari gedung ini! Panjat gerbangnya!! Akan kutahan mereka sekuat ku! Kau manfaat kan waktu ini untuk lari!!” bisik Gi Hae.
“Tapi, tapi Gi Hae... aku tidak mungkin meninggalkan mu!!”
“SEKARANG MIN YOUNG!! SELAMAT KAN DIRIMU ATAU KAU AKAN MATI JUGA!! CEPAT SANA!!” Gi Hae mendorong Min Young menjauh, Min Young masih tidak mau bergerak, tapi ia melihat Hee Chul dan Yesung yang jalan menghampiri. Sekarang ia bingung. Ia tidak bisa meninggalkan Gi Hae sendirian, tapi ia sangat ketakutan sekarang.
“MIN YOUNG! LARI!!” teriak Gi Hae. Akhirnya terpaksa Min Young lari. Ia tidak tahu mau lari kemana, sekarang otaknya sama sekali tidak dapat berpikir. Ia lari mengikuti kemana saja kakinya mengarah. Ia menemukan sebuah lemari, dan tanpa pikir panjang, ia masuk kedalam lemari itu dan bersembunyi.
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
Gi Hae melihati sosok Min Young yang semakin lama tidak terlihat lagi. Ia kembali kearah Hee Chul dan Yesung yang sudah semakin dekat. Ia sendiri sekarang tidak tahu bagaimana caranya ia menahan kedua namja itu. Napasnya pun naik turun. Kakinya bergerak mundur perlahan, menunggu waktu yang tepat untuk berlari mengejar Min Young.
Tapi tak disangka Gi Hae, tiba-tiba Hee Chul bergerak cepat mendekatinya. Ia pun membalik badannya dan lari untuk mengerjar lari Min Young. Tapi percuma, tangannya ditarik oleh Hee Chul, yeoja itu pun dibekap oleh Hee Chul dari belakang dan diarah kan ke Yesung.
Gi Hae tidak diam saja, ia memberontak, tapi tak disangka olehnya, biar Hee Chul itu termasuk namja yang kurus, tapi ia menyimpan tenaga yang sangat kuat. Yesung membelai wajah Gi Hae, sedangkan Gi Hae semakin memberontak di pelukan Hee Chul.
“Yeoja pemberani dan baik hati ya...... ini lah yang kusuka...” Hee Chul berbisik di telinga Gi Hae. Biar memang Gi Hae pemberani, tapi kalau sudah seperti ini ia pun akan merasa ketakutan. Air matanya keluar, walau ia terus memberontak.
“Wah... menangis ya... tenang saja... kami akan pelan-pelan saja, kok...” Yesung menyeka air mata Gi Hae.
“Kita bermain-main dulu sebentar ya... kami ini termasuk namja yang tampan kan?” sambung Hee Chul. Memang diakui, wajah keduanya sangat tampan. Tidak terlihat seperti pembunuh, bahkan untuk menjadi guru saja tidak cocok.
Air mata Gi Hae semakin banyak keluar. Kaki nya gemetar hebat karena ketakutannya.
“Kami janji akan pelan-pelan saja kok...” senyum Yesung sambil mengangkat kapak di tangannya.
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
Min Young mencoba mengatur napasnya. Ia meringkuk di dalam lemari yang sempit itu. Sambil memeluk lututnya, ia membiarkan air matanya keluar secara perlahan. Sebisa mungkin ia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Ia memikirkan nasib Gi Hae. Apakah yeoja itu dapat melarikan diri atau tidak.
Ia juga memikirkan nasibnya. Setelah ini apa yang harus ia lakukan... apakah ia harus menunggu sampai listrik menyala. Hapenya sudah tidak tahu ada dimana... dia tidak bisa menghubungi siapa-siapa. Ia hanya bisa menangis sekarang.
Sampai akhirnya ia mendengar seseorang memanggil-manggilnya.
“Min Young...... kau dimana...??” terdengar samar-samar seorang namja berteriak mencarinya. Badan Min Young jadi menegang. Ia semakin memeluk lututnya yang sekarang gemetaran.
“Min Young...” panggil suara lain. Air mata Min Young masih mengalir keluar. Ia membekap mulutnya sendiri agar tidak ada suara yang keluar.
“Dimana kau, Kim Min Young...... ini aku...... guru mu...”
Suara itu semakin mendekat. Degup jantung Min Young semakin kencang. Yang sekarang yeoja itu bisa lakukan hanyalah terus berdoa.
“Ayo anak baik... keluarlah... kami tidak akan menyakiti mu... Min Young......”
“Ayolah, Min Young...... come here... to us...”
Sekarang suara itu terdengar tepat di depan lemari dimana ia bersembunyi.
“Mungkin kah dia bersembunyi disini?” tanya suara yang dikenal Min Young sebagai suara Hee Chul. Sekarang seluruh tubuh Min Young bergetar. Ia terus mengucapkan doa dengan berbisik. Air matanya masih terus mengalir.
BRAK!!
Jantung Min Young seakan loncat keluar. Ia memeluk tubuhnya sangat erat.
“Bodoh... mana mungkin anak itu masih disini, apalagi bersembunyi di dalam kelas itu... mungkin ia sudah lari jauh... ayo cari lagi...” ujar Yesung.
“Siapa tahu saja kan?”
Kedua namja itu pun kembali meneriaki namanya dan semakin menjauh. Min Young menyandarkan kepalanya kebelakang. Akhirnya ia memutuskan untuk terus berada disitu sampai ia yakin cukup aman untuk keluar.
Tak terasa sudah berjam-jam Min Young bersembunyi disana. Sudah tidak terdengar lagi suara Hee Chul atau pun Yesung memanggil-manggil namanya. Ia melirik kearah jam tangannya, sudah pukul 6 pagi. Seharusnya paling tidak sudah ada officer yang datang. Dan dia yakin listrik pun sudah menyala.
Min Young memberanikan diri untuk keluar. Ia buka perlahan pintu lemari itu, melihat kesekitarnya. Tidak ada siapa-siapa. Dan sesuai dugaannya, listrik sudah menyala. Ia pun melangkah keluar. Ia berjalan menuju keluar gedung. Setiap langkahnya penuh dengan kewaspadaan. Ia melihat ke sekitarnya, tidak ada lagi darah-darah. Seakan tidak terjadi apa-apa semalam. Ia sendiri bingung, harusnya ia merasa senang atau semakin khawatir.
Sudah hampir menuju pintu depan gedung. ia harus melewati portal dulu sebelum sampai ke depan pintu gedung. portal yang selama ini berfungsi untuk mengabsen murid-murid. Biasanya murid-murid menggunakan kartu, mereka masukkan kartu itu, dan mereka pun terabsen, lalu portal baru bisa terbuka. Begitu juga saat mau pulang, mereka harus memasukkan kartu untuk membuka portal.
Perlu waktu beberapa detik untuk Min Young mencari dimana kartunya. Untungnya kartu nya selalu ia simpan di kantung seragamnya. Baru saja ia mau memasukkan kartu itu, seseorang tiba-tiba menggenggam tangannya. Min Young menelan ludahnya dan menoleh perlahan.
“Mau pulang, Min Young?” senyum Hee Chul. Namja itu masih menggenggam tangan Min Young. Yeoja itu membesarkan matanya, dan bergerak untuk menjauh. Tapi baru saja mundur beberapa langkah, ia menabrak seseorang dibelakangnya.
Min Young dengak untuk melihat siapa orang yang ia tabrak. Yeoja itu menemukan Yesung sedang tersenyum juga padanya.
“Tak perlu buru-buru...... kami sudah lama menunggu disini... kita bermain sebentar dulu saja... bagaimana?”
~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~+~
-2 hari kemudian-
Diberitakan dua pasien rumah sakit jiwa melarikan diri. Kedua pasien itu adalah pasien yang dikhawatirkan dapat membahayakan banyak orang karena mereka adalah mantan guru yang memiliki dedikasi tinggi. Mereka menghilang sebulan lalu dan sampai saat ini belum ditemukan juga...
Kepala sekolah sedang asyik menonton tv di ruangannya. Sebenarnya ia hanya mencari cara untuk menghilangkan stresnya. Baru saja masuk dua guru baru disekolahnya, tapi mereka sudah mengundurkan diri lagi dengan alasan tidak sanggup mengajar di kelas itu. Ditambah ke 10 murid nya tiba-tiba saja menghilang entah kemana.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintunya.
“Masuk.” Suruh kepala sekolah. masuk dua orang ke dalam ruangan kepala sekolah.
“Pak, saya mengantar orang yang mengaku bernama Kim Hee Chul” ujar guru itu.
“Apa? Kim Hee Chul??” bingung kepala sekolah.
“Iya pak. Saya yang waktu itu melamar kerja jadi guru disini.” Senyum orang itu. Tapi berbeda dari Kim Hee Chul yang waktu itu datang. Kim Hee Chul yang ini justru terlihat tua, memakai kacamata. Bahkan rambutnya sudah terlihat uban.
“Apa maksudnya ini?! Tapi bukankah kau waktu itu sudah datang bersama adik mu?! Dan Kim Hee Chul yang saya tahu bahkan sudah mengundurkan diri lagi!” kepala sekolah bangkit dari duduknya.
“...Ma-masa?... tapi... saya memang dijadwalkan datang hari ini... waktu itu ada surat datang kerumah saya mengatakan kalau hari ini saya baru boleh datang...” bingung orang itu.
“...Sebenarnya apa yang terjadi...?!!”
Kepala sekolah melihat kembali kearah tv. Disana terpampang dua wajah pasien rumah sakit jiwa yang hilang. Mata nya membesar. Ia memegang dadanya dan terduduk lemas di kursinya. Ia baru saja menyadari semuanya...... kalau ia kehilangan 10 murid nya, karena perbuatan dua guru palsu...
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar