Author : Lee Gi Hae ^^V
Genre : Thriller (??)
Cast: Park Jii Ra, Chroma, Kyu Jong, SS501
><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><
“JII RAAAAAAAA!!!” seseorang mengagetkan ku dari belakang.
“Oh astaga, Gi Hae! Apa sih?! Bagaimana kau bisa masuk ke dalam kamar ku??” kaget ku yang sedang memandangi keluar jendela (asik galau >.<)
“Kau tidak mengunci nya kok. Itu, aku mau bilang, aku mau pergi, apartement kosong. Kau jaga apartement ya.” Aku baru menyadarinya kalau dia sudah rapih.
“He... aku sendirian dirumah? Memangnya yang lain pada kemana?”
“Yoo Riem ada les. Terus So Ryie eonnie sama Yoon Hee eonnie pergi entah kemana tadi berdua.”
“Lalu kau mau kemana??”
“Itu...”
Tiba-tiba terdengar ponselnya berbunyi, ia melihat sekilas terus langsung senyum-senyum sendiri.
“Ah, Jii Ra-ya, aku buru-buru, kau tau kan dia itu pemarah. Sudah ya. Ingat jaga apartement! Jangan macam-macam! Annyeong!” Gi Hae langsung lari keluar dari kamar ku.
“Aish jinjja! Bahkan dia hanya menyuruh ku untuk menjaga apartement? Setidaknya bilang “hati-hati” kek, atau “maaf ya aku meninggalkan mu sendirian, apalagi malam-malam begini”, ...... sudah tidak ada yang peduli pada ku ya??”
Aku lihat keluar jendela lagi, dan tercengang melihat Gi Hae sudah tiba dibawah. Hebat! Ini kan lantai 7, apa anak itu terbang sampai ke bawah? Ku lihat ada sebuah mobil berwarna merah jambu, dan dari dalam nya keluar seseorang. Biar ini sudah gelap dan aku sama sekali tidak dapat melihat itu siapa, apalagi dari lantai 7 begini, tapi aku tahu siapa pemilik mobil itu. Siapa lagi kalau bukan pacar nya Gi Hae, Key SHINee... jadi ternyata dia mau pergi kencan...
Aku menghela napas panjang...
1 tahun yang lalu, aku ikut suatu audisi, audisi girlband lebih tepatnya. Beruntungnya aku terpilih dari beribu-ribu yeoja cantik. Kami berada dinaungan management SSF. Sudah selama 1 tahun ini aku bekerjasama dengan 4 yeoja lainnya.
Jang Yoon Hee, dia adalah leader kami. Lalu ada Park So Ryie. Mereka berdua lebih tua dari ku. Ada lagi yang seumur dengan ku, yaitu Kang Yoo Riem, dan Lee Gi Hae. Kami berlima sudah setahun ini sukses di dunia hiburan dengan nama Chroma.
Tapi akhir-akhir ini aku merasa mereka semua menjauh. Semuanya jadi berubah dan peduli pada diri mereka masing-masing. Aku tahu sih itu urusan pribadi mereka, dan aku juga tahu biar kami member, tapi pasti mereka punya kesibukan dengan kehidupan pribadi mereka. Tapi......
Haaa... hari ini aku berulang tahun... dan bahkan sejak tadi pagi tidak ada yang ingat akan hal itu. Mereka malah pergi meninggalkan aku dirumah. Setahu ku hari ini tempat les Yoo Riem libur, jadi pasti itu hanya alasan nya untuk bisa keluar dari apartement. So Ryie dan Yoon Hee eonnie juga main pergi saja berduaan. Lalu Gi Hae... dia bahkan membiarkan aku sendirian di apartement dan pergi kencan sama pacarnya itu... dan mereka semua meninggalkan aku sendirian di dorm malam-malam begini!!
Aaarrrgghh! Semua pada jahat!!
Aku mengambil ponsel ku yang sejak tadi ku biarkan di atas kasur. Ternyata sudah banyak sms. Semua isinya mengucapkan selama ulang tahun dari teman-teman sekolah ku dulu. Ya, aku ikut kelas akselerasi dan aku lulus lebih dulu daripada yang lainnya.
Ku buka gallery di ponsel ku, ku lihat sudah banyak sekali poto-poto ku bersama member lainnya. Ah... melihat ini jadi semakin kesal dengan mereka! Tapi entah mengapa rasanya enggan untuk keluar dari gallery. Aku justru semakin larut dalam kumpulan poto-poto itu. Rasanya dulu menyenangkan sekali...
Sampai akhirnya aku menemukan poto ku sedang berduaan saja dengan seorang namja...
Dia adalah teman kakak ku. Kyu Jong oppa......... dia... juga lupa pada ulang tahun ku. Sudah lama sekali kami tidak saling berhubungan. Aku sudah sama sekali tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Oh astaga... mengapa orang yang ku sayang semuanya sekarang pergi meninggalkan ku?!
Ting tong... ting tong...
Hem? Ada yang datang? Ku harap badut yang bisa menghiburku!
Aku pun keluar dari kamar dengan lunglai, membuka pintu dan tercengang melihat siapa yang datang! Astaga! Baru saja orang ini ku pikirkan!!
“Kyu Jong oppa!!” kaget ku.
“Hey.” Senyumnya.
“Ah, masuk oppa.” Aku pun mempersilahkannya masuk. Dia masuk dan melihat ke sekeliling.
“Kau sendirian, Jii Ra-ya?”
“Begitulah. Silahkan duduk oppa. Oh ya mau minum apa?”
“Ah, apa saja.” Senyumnya. Aku pun pergi ke dapur dan menyiapkan minuman untuknya. Jujur saja... jantung ku berdegup kencang. Sudah lama tidak melihat senyumannya itu >.<
Aku kembali lagi dengan minuman. Tapi aku sempat terhenti karena aku melihat Kyu Jong oppa menatap udara di depannya dengan tatapan yang tajam. Ia melamun dan wajahnya terlihat sangat aneh. Ada apa dengannya? aku tidak pernah melihat ekspresi wajahnya yang seperti ini.
“O... oppa...” panggil ku. Dan hebatnya, dia begitu kaget mendengar aku memanggilnya. Padahal aku biasa saja, tidak teriak seperti tadi Gi Hae mengagetkan ku.
“Ah, Jii Ra-ya! Kau mengagetkan ku saja hahaha..”
“Masa sih? Justru aku yang kaget karena reaksi mu itu, oppa.” Aku menaruh minuman di depannya dan duduk di sampingnya.
“Jadi... ada apa oppa? Setelah lama kita tidak bertemu, mengapa tiba-tiba kau muncul di depan apartemen ku malam hari gini??” tanya ku.
“Ah... itu... hahaha... eng... aku hanya... merindukan mu. Tidak boleh?”
“Eh... gitu ya... hahaha...” tawa ku kaku. Aku yakin wajah ku merah sekarang! >////<
Karena ucapannya tadi, aku jadi tidak tahu mau bicara apa... kami berdua pun terdiam.
“Eng... kau sedang tidak ada jadwal oppa?” tanya ku mencoba mencari topik.
“Tidak. Karena itu aku kesini. Kau sendiri? Kenapa hanya kau sendirian dirumah? Yang lain sibuk?”
“Anni. Mereka jalan-jalan sendiri. Mereka itu memang jahat, meninggalkan aku sendirian di apartemen. Kalau aku di culik baru tahu rasa mereka!”
“Anni. Mereka jalan-jalan sendiri. Mereka itu memang jahat, meninggalkan aku sendirian di apartemen. Kalau aku di culik baru tahu rasa mereka!”
“Ha... ahahaha...” tawa Kyu Jong oppa. Tapi aku merasa tawanya itu terdengar kaku dan terpaksa.
“Oppa, sebenarnya kau ini kenapa? Kau sejak tadi aneh... kau sedang sakit?”
“Tidak. Aku baik-baik saja kok. Memangnya aku kenapa?” tanya nya balik. Aku memerhatikannya selama beberapa saat, sedangkan dia hanya tersenyum sambil menatap ku.
“...Yah... ku pikir... hanya perasaan ku saja ahaha.” Tawa ku.
Tiba-tiba Yoon Hee eonnie dan So Ryie eonnie pulang. Mereka membawa banyak sekali tas belanjaan, kelihatan mereka habis belanja banyak.
“Loh, ada Kyu Jong oppa?” kaget So Ryie eonnie.
“Annyeong. Darimana kalian?” tanya Kyu Jong oppa.
“Habis belanja dong. Mumpung lagi gak ada jadwal apa-apa.”
“Ini untuk mu, Jii Ra-ya. Kau dari kemarin mengincar jaket jenis seperti ini kan?” Yoon Hee eonnie memberikan aku satu tas belanja. Ku lirik dalam nya, benar, sebuah jaket. Tapi entah mengapa aku tidak begitu senang biarpun aku sudah dibelikan ini.
“Eng... gomawo, eonnie.” Jawabku.
“Aahh... ganti baju dulu deh.” So Ryie eonnie langsung melenggang masuk ke dalam kamarnya.
“Sudah makan, oppa?” tanya Yoon Hee eonnie.
“Tidak perlu repot-repot, Yoon Hee-ya. Santai saja.” Senyum Kyu Jong oppa.
“Tidak apa. Jii Ra-ya, kau pasti belum makan kan?”
“... Begitulah.”
“Yasudah aku masakan makanan dulu.” Yoon Hee eonnie pun pergi ke dapur.
“Kenapa?” tanya Kyu Jong oppa.
“Apanya yang kenapa?” tanya ku balik.
“Apa kau tidak suka jaketnya? Atau kau tidak mau makan? Kok kau kelihatan murung begitu, padahal kalau aku sih pasti sudah senang. Di member ku tidak ada yang pernah baik seperti itu.”
“Baik? Haa... ya... mereka memang baik kok...”
“...... He? Mereka jahat ya?”
“... Anni...”
Mereka memang baik, tapi mereka sungguh kejam... biar bagaimana pun... AKU MAU MEREKA MENGUCAPKAN SELAMAT ULANGTAHUN UNTUKKU!! Kenapa mereka bersikap biasa begitu sih?! Sekalipun Kyu Jong oppa, dia juga cuek begitu!
Kalau begini... kenapa tidak lebih baik mereka tinggalkan aku sendiri saja? Aku lebih baik sendirian daripada ada disekitar mereka, tapi seakan mereka melupakan ku. Ini baru ulangtahun... mungkin nanti-nanti mereka juga akan melupakan ku... tidak menanggapi ku... mencueki ku seakan aku hanya lah tembok, bahkan tembok pun masih terlihat... mungkin nanti mereka hanya menganggap ku seperti udara kosong...
“Aku pulang...” ku dengar suara Yoo Riem yang baru saja membuka pintu. Ia masuk dan melihat aku di sofa bersama Kyu Jong oppa. Tapi baru saja ia mau membuka mulutnya untuk menyapa, tiba-tiba saja lampu mati.
“E-eh! Ji-Jii Ra-yaa... kau dimana...??” tanya Yoo Riem ketakutan.
“Aku disini. Kau pegang tangan ku?” aku mengulurkan tangan ku kearahnya, walau aku sendiri tidak yakin itu dia.
“Eh... ini kau?” terlihat sebuah cahaya, ternyata Yoo Riem menggunakan hapenya untuk penerangan.
“Kau bisa lihat sekarang kan, ini aku.” Jawabku.
“Jii Ra-ya, kau punya lilin? Sebaiknya kita pasang lilin.” Ujar Kyu Jong oppa, yang juga menyalakan hapenya untuk penerangan.
“Ah! Kenapa disaat seperti ini mati lampu sih?!” dapat ku dengar Yoon Hee eonnie mengomel-omel sendiri di dapur.
“Tapi aku tidak tahu dimana lilinnya...” ujarku setelah mendengar Yoon Hee eonnie yang sepertinya habis mematikan kompor.
“Kita cari saja dulu di kamar.” Usul Yoo Riem.
“... Yang jelas di kamar ku tidak ada.” Sambung ku.
“Kamar ku juga tidak ada...”
“Mungkin So Ryie eonnie punya.”
“Yasudah, kalian cari aja di kamar-kamar. Aku cari di dapur, sekalian bantuin Yoon Hee di sana.” Usul Kyu Jong oppa.
“Baiklah.” Kami pun akhirnya mencoba jalan di tengah kegelapan hanya dengan cahaya dari hape.
Aku dan Yoo Riem pun jalan menuju kamar So Ryie eonnie. Sudah berkali-kali ku ketuk, tapi tidak terdengar jawaban darinya, sampai akhirnya aku buka sendiri pintu kamarnya. Aku masuk dan mendekat kearah kasur, baru terlihat, ternyata So Ryie eonnie tertidur dengan headphone di telinga nya.
“Eonnie, eonnie!” aku membangunkannya.
“E-eh? Loh?! Kok gelap?!” kaget So Ryie eonnie.
“Sepertinya mati lampu. Eonnie, apa kau punya lilin?” tanya Yoo Riem.
“Lilin? Untuk apa aku menyimpan lilin? Tidak ada.”
“Kureyo? Yasudah...”
“Kalian mau keluar? Jangan lupa tutup lagi pintunya ya. Aku lelah... mau tidur saja lah.”
“Ne, ara, ara.”
So Ryie eonnie memakai headphone dan mulai memejam kan matanya lagi. aku dan Yoo Riem pun keluar dari kamar nya.
“Menurut mu apa di kamar Gi Hae ada?” tebak Yoo Riem.
“Dia mah tidak perlu ditanya, kita saja tidak punya, apalagi anak itu. Sudah ayo kita ke dapur.”
Sampai dapur, sepi. Padahal tadi aku masih dengar suara Yoon Hee eonnie dan Kyu Jong oppa. Aku dan Yoo Riem mengedarkan pandangan kami yang agak risih karena seluruh nya gelap, kami hanya bisa melihat daerah yang terkena cahaya hape.
“GYAAAAAAAAAAA!!” teriak Yoo Riem tiba-tiba mengagetkan ku. Aku langsung menoleh kearahnya dengan panik.
“Ada apa?! ada apa?!!”
“Li-liat itu......” tangan nya gemetar menunjuk ke suatu arah. Pandangan ku mengikuti tangannya dan ku lihat, ...... Yoon Hee eonnie terbaring lemas di lantai. Darah di sekujur tubuhnya. Matanya terbuka lebar, keluar darah dari mulutnya. Ku lihat ada beberapa pisau menancap di dada nya.
Aku langsung menutup mulut ku kaget. Ku lihat kesekitar, ...... Kyu Jong oppa...... ia juga terbaring lemas, badannya tengkurap, aku tidak bisa melihat wajahnya, yang jelas, ada pisau menancap di bagian punggung dan pundaknya. Darah masih mengalir dari kepalanya. Tidak jauh dari kepalanya ku lihat ada cobek yang berlumuran darah. Sepertinya Kyu Jong oppa habis dipukul menggunakan itu.
“...... Si-siapa yang melakukan ini semua...??” tanya Yoo Riem berbisik.
“... Mo-molla...... apa tadi pas kita masuk kamar So Ryie eonnie ada yang datang?”
Bruk!!
Aku dan Yoo Riem langsung berpelukan. Badan kami gemetar. Bahkan aku mendegar isak tagis Yoo Riem yang tertahan kan.
“I-itu siapa, Jii Ra-ya...?” bisik Yoo Riem.
“Molla...” kami terdiam di tempat, masih dengan posisi yang sama.
“KYAAAAAAAAAAAAAAA!! TI-AMPPPHH... NGGHHHHHH!! TIDAAAAKK!! TIDAK LEPASKAN!!! AAA---...” kami mendengar teriakan dari arah kamar So Ryie eonnie. Aku dan Yoo Riem mempererat pelukan kami. Sekarang air mata keluar juga dari mata ku. Pasti terjadi sesuatu pada So Ryie eonnie.
“Yo-Yoo Riem-ah... kita harus keluar dari sini.” Bisik ku.
“Tapi kalau justru ketemu dengan pembunuhnya bagaimana?”
“Ta-tapi kalau disini terus, dia juga bisa menemukan kita...”
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Aku dan Yoo Riem menegang.
“Loh?? Kok lampunya mati?? Apa memang mati lampu? Yaaakk!! Eonniedeul! Apa udah ada yang pulang?? Jii Ra?? Kau di dalam kan? aigooo... kenapa gelap sekali sih?!” aku kenal suara itu!
“Gi Hae!” ujar ku barengan dengan Yoo Riem, masih dalam nada berbisik.
“Bagaimana ini?! Gi Hae tidak tahu apa yang terjadi!” cemas Yoo Riem.
“Ta-tapi... bagaimana caranya memberitahukan nya??”
“Setidaknya, kita bertiga harus selamat. Tidak ada lagi yang boleh mati!”
“Lalu kau mau apa?”
“... Kita ke pintu depan saja, lalu kita kabur bertiga dan melaporkan ini pada polisi!”
“...... Sebenarnya itu ide ku tadi. baiklah... kau siap kan?”
“Tentu saja. Ayo! Mumpung aku masih mendengar suara Gi Hae!” akhirnya aku dan Yoo Riem memberani kan diri untuk melangkah keluar dari dapur.
“Yak! Jii Ra! Kau dimana sih?! ...... apa kosong ya? ...... ku telepon saja deh.” Ku dengar Gi Hae bergumam sendiri. Aku dan Yoo Riem berjalan sambil berangkulan erat. Kami berdua tidak boleh terpisahkan. Aku tidak mau ada korban lagi!
Semakin lama semakin dekat dengan pintu depan, kuharap Gi Hae masih berdiri di sana. Sampai tiba-tiba aku merasa ada yang menarik Yoo Riem.
“TIDAAAAAK!! KYAAAAA!! LEPASKAN!!!” teriak Yoo Riem.
“YOO RIEM!! BERTAHAN!!!” aku tidak melepaskan tangan Yoo Riem sambil mencoba berlari menuju pintu depan.
“Eh? Ada orang di dalam?” ku dengar langkah Gi Hae mendekat.
“JANGAN MENDEKAT GI HAE!! LARI!! LARI KELUAR!! PANGGIL POLISI!!” beritahu ku.
“E-eh??”
“GYAA!! YOO RIEM!!” tangan Yoo Riem terlepas dari ku.
“TIDAAAAAKK!! LEPASKAN AKU!!!” aku mendengar langkah berat itu menjauh sambil membawa Yoo Riem. Aku ingin mengejar, tapi gelap, hape ku terjatuh. Ku ambil hape ku dan mengejar Yoo Riem, sebelum itu, ku ambil dulu benda keras yang ada disekitar ku, ku seret bangku yang terbuat dari kayu keras.
Aku berjalan pelan-pelan dan sangat hati-hati. Sepi. Tidak ada suara apa pun. Aku tidak dengar suara Gi Hae, mungkin ia menurut, mungkin ia sudah keluar untuk memanggil polisi. Aku pun tidak mendengar Yoo Riem berteriak lagi. apa jangan-jangan dia sudah.... tidak! Tidak!! Aku masih bisa menyelamatkan Yoo Riem!!
Sedang jalan hati-hati, tiba-tiba aku terpeleset sesuatu, yang baru setelah itu aku sadari kalau itu adalah darah. Aku mengikuti jejak darah yang terlihat diseret itu, sampai akhirnya berhenti pada satu kaki. Kaki yang penuh dengan darah. Itu Yoo Riem. Ia sudah tergeletak, sama lemas nya seperti Yoon Hee eonnie dan Kyu Jong oppa sebelumnya. Kaki nya di tancap pisau, selain itu, tepat di hati nya juga terlihat pisau menancap.
Air mata keluar lagi dari mata ku. Sudah tidak ada harapan. Yoo Riem juga sudah tidak bisa diselamat kan. ah! Aku harus keluar dari sini! Setidaknya aku harus selamat dan melaporkan ini semua pada polisi! Penjahat itu harus ditangkap!!
Aku pun berlari kearah pintu depan, tapi aku tersandung sesuatu. Aku terjatuh tepat diatas sesuatu, yang saat ku lihat adalah tubuh Gi Hae. Matanya terbuka lebar, di kepala nya kulihat ada bolongan bekas tembak. Darah terus mengalir dari kepalanya. Tidak jauh dari tubuhnya, kutemukan pistol yang ujungnya ada peredam.
“Ti.... tidak...... andwae... andwae, Gi Hae......” aku memeluk tubuh Gi Hae sambil menangis.
Padahal ku pikir ia adalah harapan terakhir ku. Ku pikir ia sudah berlari tadi memanggil polisi...... tapi kenyataan nya... ia juga pergi meninggalkan ku.
“Kau tidak bisa kemana-mana...” ujar sebuah suara berat. Aku langsung mendongak, walau aku tidak menemukan siapa-siapa.
Ku dengar suara langkah mendekat. Aku yang panik berlari tidak tahu kemana. Aku menabrak pintu, yang langsung ku buka tanpa pikir panjang. Aku bersembunyi di samping kasur. Air mata ku mengalir. Ini semua salah ku... ini semua salah ku yang meminta hal yang tidak-tidak...
Tadi memang aku kesal pada mereka semua... aku ingin mereka tidak ada saja, aku lebih menginginkan sendirian... aku tidak bermaksud mereka mati... sekarang aku menyesal, aku menyesal telah menginginkan mereka semua menghilang... Tuhan... apa ini hukuman untukku? Apa justru ini hadiah dari-Mu? Kau langsung mengabulkan apa yang ku inginkan......
ku harap kau masih mau mengabul kan keinginan ku... aku ingin mereka semua kembali... aku ingin ini semua tidak pernah terjadi......... aku ingin Chroma-ku kembali lagi... ku mohon kabulkan yang ini juga...
Aku merasakan sesuatu menetes dari samping ku. Aku menoleh dan menemukan tubuh So Ryie eonnie terbaring diatas kasur. Ku lihat lehernya merah, seakan habis dijerat sesuatu. Darah keluar dari mulutnya. Matanya pun terbuka lebar. Masih terdengar suara lagu dari headphone nya yang terlepas dari kepalanya.
Melihat itu semua aku semakin menangis.
“Eonnie...... eonnie... mianhae...... ini semua salah ku... harusnya aku tidak pernah berpikir kalau tidak ada kalian semua lebih baik... aku memang ingin sendirian saja... daripada kalian mencueki ku... tapi... tapi bukan dengan cara ini... mianhae eonniee...” ujar ku dalam isak.
Pintu terbuka, dan suara langkah kedengaran mendekat. Aku memeluk lutut ku sendiri. Sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Ini semua salah ku. Lebih baik aku mati bersama mereka semua. Tadinya aku berpikir mungkin sendirian lebih baik... tapi ternyata... aku sangat bodoh untuk pernah berpikir begitu...
Aku menyesal... aku akan ikut mati saja bersama mereka......
“Untuk apa kau bersembunyi? Hem...... kau menangis?” aku mendongakkan wajah ku untuk melihat si pembunuh. Setidaknya untuk terakhir kali nya, aku ingin melihat siapa yang telah tega melakukan ini semua.
“Karena kepopularitasan kalian, band ku sendiri jadi menurun. Karena peminat lebih banyak meminta kalian, jadwal yang harus nya milik kami, semua dicancel... bahkan jadwal dan tempat konser yang harusnya milik kami... semua jadi milik kalian...... kami terpuruk... itu semenjak kalian muncul...”
Aku membesarkan mata ku, dia... dia...
“Kyu Jong oppa?!!” kaget ku luar biasa.
“Hey......” senyumnya, atau lebih tepat nya, seringainya.
“Ta-tapi... ku pikir kau suda-...”
“Sudah mati? Ha... itu hanya akal-akalan ku saja agar kau tidak curiga kalau aku yang membunuh semuanya.”
“Tapi kau membunuh So Ryie eonnie, padahal tubuh mu masih terbaring tidak jauh dari ku!”
“Apa kau yakin saat itu aku masih terbaring di sekitar mu? Lampu mati, gelap... apa yang kau lihat??”
“Ka... kau juga yang me-...”
“Yup. aku yang menarik Yoo Riem dan langsung membunuhnya. Saat sedang menarik Yoo Riem, dengan kacamata infrared ini, aku bisa melihat Gi Hae yang sebenarnya sudah tiba diantara kita. Saat itu juga aku langsung menembak nya dengan pistol yang ada peredam nya.”
“Lalu aku lanjuti dengan menancapkan pisau di hati Yoo Riem, lalu ku seret ketempat yang lebih jauh lagi. baru diam-diam aku ke tempat Gi Hae, melewati mu yang berjalan pelan-pelan. Saat tiba di samping Gi Hae, kupastikan yeoja itu sudah tiada, baru kutaruh pistol di sampingnya. Dan kembali lagi untuk mengejar mu...”
“...... Ti... tidak mungkin... tapi kenapa??”
“Seperti yang ku katakan tadi... kau, tidak, KALIAN! KALIAN MENGHANCURKAN SEMUANYA!!!”
“Sekarang waktunya aku membalas apa yang telah kalian lakukan pada kami...” seringainya lagi.
Aku tidak bisa berkata-kata. Kyu Jong oppa yang selama ini ku kenal, namja yang selama ini ku sayangi, berubah menjadi orang yang sama sekali tidak ku kenal. Ia pembunuh sekarang, terlebih lagi... dia membunuh keluarga ku, Chroma...... bahkan hati ku lebih sakit lagi setelah mengetahui kenyataannya... lebih baik aku ikut mati tanpa harus tau siapa pelaku nya, kalau ternyata orang yang ku cintai lah yang melakukan ini semua.
“Oh ya hampir saja lupa... saengil chukhae hamnida, saranghaneun Jii Ra...” tangannya bergerak untuk memukul kepala ku menggunakan kayu besar dan terlihat kuat, yang sebenarnya daritadi ada ditangannya.
Aku memejam kan mata ku. Sebentar lagi... selesai sudah. Hidup ku berakhir... di hari ulangtahun ku... bersama member Chroma yang sudah ku anggap keluarga ku... dan di bunuh oleh orang yang jujur saja masih ku cintai sampai saat ini......
Tapi sampai beberapa detik ku tunggu, kenapa kepala ku tidak kerasa sakit? aku tidak merasakan pukulan didaerah mana pun. Perlahan ku buka mata ku, dan...... lilin??
“SAENGIL CHUKHAE HAMNIDA, JII RA-YAAAAAAAA!!!” teriak Kyu Jong oppa. Ku lihat ia berjongkok di depan ku, kayu besar itu tergeletak begitu saja di lantai, sekarang justru ada kue dengan lilin yang menyala diatas nya.
Tiba-tiba lampu menyala dan ku lihat mereka berdiri, para member Chroma dengan corak baju yang berlumuran darah. Mereka berempat berdiri sambil menyengir. Aku juga melihat kakak ku, Jung Min oppa, dan member SS501 sisa nya, mereka sama menyengir nya.
“SAENGIL CHUKHAE HAMNIDA~~~” teriak mereka semua. Aku masih belum bisa menangkap apa yang terjadi...??
“Yak, tiup lilinya! Keburu meleleh diatas kue nya nih!” Kyu Jong oppa menyadarkan ku.
“Ta-tapi...”
“Sudah tiup saja dulu!” aku terpaksa akhirnya meniup lilin nya juga, yang langsung disambut tepuk tangan meriah dari yang lainnya.
“Ka-kalian... kalian bukannya sudah mati?” bingung ku.
“Kau berharap kita semua beneran dibunuh memangnya?!” tanya balik So Ryie eonnie.
“Te... terus.....?”
“Kita semua cuma pura-pura. ini kejutan untuk mu. Lihat ini, pisau tempel.” Senyum Yoon Hee eonnie sambil mencabut pisau yang ternyata cuma bohongan yang bisa menempel.
“Cat merah ini bakalan susah gak ya di ilanginnya?” gumam Yoo Riem.
“Aku bahkan harus minta tolong Key bantu aku menghias wajah ku dan membuat bolongan palsu dikepala ku.” Ikut-ikutan Gi Hae.
“Dan kalian... kalian kapan datang??” aku menatap Jung Min oppa penuh tanda tanya.
“Barengan dengan Gi Hae. Gelap menguntung kan kami. Saat kau tiba disamping Gi Hae yang berpura-pura mati, sebenarnya kami juga ada disana.”
“Lalu...... kue itu...?” aku menatap Kyu Jong oppa.
“Kau terlalu panik, sampai tidak sadar kalau So Ryie disamping mu sebenarnya bangun dari ‘mati’ nya dan memberikan ku kue.” Senyum Kyu Jong oppa.
“Untuk apa kalian lakukan itu semua??”
“Tentu saja kejutan untuk mu dong.” Jawab So Ryie onnie.
“Ke... Kejutan? Dengan pura-pura kalian semua di bunuh?....... KALIAN SINTING!!” teriak ku.
“Itu lah reaksi yang daritadi ku ingin lihat.” Cengir Gi Hae, yang baru kusadari ia sedang memegang handycam.
“Apa yang kau lakukan Gi Hae?!”
“Merekam lah. Untuk kenang-kenangan.”
“Se-sejak kapan?!!”
“Baru saat lampu menyala sih, tapi tenang saja Jii Ra-ya, sebenarnya kita telah menyiapkan kamera CCTV yang bisa infrared di sudut-sudut ruangan yang dijadikan ‘panggung’... pasti menyenangkan kalau kita bisa lihat wajah panik mu, sedangkan yang lainnya sedang berusaha menahan tawa.” tambah lebar cengir Gi Hae.
“YAK KALIAN!!”
“Sudahlah, ulangtahun jangan marah-marah. Ayo potong kuenya.” Senyum Jung Min oppa.
“Iya benar. Bukankah kau harus nya bersyukur kalau ini semua bukan kenyataan? Bagaimana kalau aku pembunuh beneran? Kau pilih mana?” sambung Kyu Jong oppa.
Aku terdiam melihat mereka semua.
“Jadi..... kalian tidak melupakan hari ulangtahun ku?”
“Tentu saja tidak.” Jawab Yoo Riem. Aku pun tersenyum, air mata lagi-lagi keluar, kali ini air mata terharu. Ternyata Tuhan memang baik, terlalu baik sampai-sampai ia membuat ini semua bukan kenyataan...
Dan karena hal ini, aku sadar, aku benar-benar menyayangi mereka. Mereka semua adalah keluarga ku... entah apa yang bisa kulakukan tanpa mereka.
“Gomawo~ i love you all~”
Ini adalah hari ulangtahun terbaikku, walau mereka sukses membuat ku takut setengah mati.
^*^*^*^*^ END ^*^*^*^*^
nb: sebenernya nih FF udah lama banget mendiam di draft -_- mian ya baru bisa di post. khususnya untuk Riska yang ulangtahun, mian chingu, gue baru bisa post sekarang hehehehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar