Author : A.R.G.E
Genre : Romance
Rate : General
Cast : Elle, Ethan
Support Cast : Chelsea, Chas (just name)
Summary : I never expected, that i’ll thinking bout you this much. I never expected, i’ll eat my own word, that I would never ever love you.
Idk if this called FF too hahaa ==v just enjoy when you read this story :)
~@~@~@~@~@~
Dia, tak pernah sedikitpun terlintas dipikiran ku. Tak pernah sekalipun aku mencoba untuk terus mengingat wajahnya. Mendengar namanya? Hanyalah hal biasa. Melihatnya? Tak ada yang special. Tidak ada yang harus diistimewakan.
Dan harusnya terus seperti itu. Harusnya keadaan kami akan terus seperti itu.
Mengobrol dengan nya? bukanlah keinginan ku. Aku sama sekali tidak mengharapkan bisa berbincang dengannya. Bersebelahan dengan dirinya, ha... untuk bicara saja tidak pernah terpikirkan, apalagi bersebelahan?
Tapi aku tak pernah menyangka, sekarang... aku begitu mensyukuri semua yang telah terjadi di masa lalu. Seandainya aku tak berteman dengannya, seandainya aku tak pernah mengenalnya, seandainya kami tak pernah sekalipun bertemu, mungkin sampai saat ini aku tetap buta dengan apa itu yang namanya “cinta”.
Dia, seseorang yang tidak istimewa, tapi telah berhasil mendorong pintu hati ku, terus menerobos dan menetap di dalamnya. Memberikan apa yang ku butuhkan. Mengambil apa yang ingin ku buang. Mengajari apa yang perlu ku tahu. Karena dirinya, terbentuklah diriku yang sekarang.
Yang... sangat mencintai dirinya.
Seketika, dunia terlihat begitu indah. Dunia terasa begitu menyenangkan. Dia berhasil. Dia telah berhasil mengeluarkan ku dari keterpurukan ku. Dia membesarkan ku di jalan cinta. Dia memberi makan ku dengan kasih sayang. Dia memberi ku minum dengan perhatiannya.
Saat itu, aku hidup bahagia. Aku berada di tengah-tengah dunia, tapi aku dapat merasakan betapa menyenangkannya surga...
“Sudah ku bilang kan, kau pasti akan jadi menyukainya.” Ujar Chelsea menyadarkan ku. Seorang gadis berambut sebahu berwarna hitam sedang menatap ku tajam. Seakan menghakimi ku. Memang ini semua salah ku. Sudah berkali-kali ia memperingati ku, tapi seakan sebuah angin, aku tak pernah memperhatikan omongannya.
Dan sekarang berakhir mengenai diriku sendiri. Setelah berkali-kali aku mengatakan “Tenang saja, tidak akan pernah. Aku tidak akan pernah menyukainya”. Siapa yang tahu kalau ternyata ini akan terjadi? Benar kata orang, karma itu ada.
Kutulis beberapa huruf diatas selembar kertas. Huruf-huruf itu berkumpul menjadi satu, membentuk kata “Chas”. Dulu nama ini lah yang bisa membuat jantung ku seperti memberontak ingin keluar. Dulu hanya dengan mendengar nama ini disebut saja sudah membuat seluruh organ tubuhku membeku.
Wajahnya selalu tersimpan dalam memory otakku. Senyuman yang jarang ia tunjukkan, tapi aku menyimpannya banyak dalam ingatan ku. Tidak ada yang menyadarinya, tapi aku selalu memperhatikannya. Tidak, aku tidak dekat dengannya. Bicara saja jarang sekali. Hanya untuk bisa ikut dalam pembicaraannya saja sangat sulit.
seakan ada tembok besar yang berdiri kukuh diantara aku dengan dia. Tapi aku tetap menyukainya. Aku tetap menyayanginya. Tak peduli seperti apa dia. Tak peduli siapa saja yang membencinya, termasuk sahabat ku sendiri. Aku tidak peduli. Dimataku, dia tampak sempurna dengan kekurangan-kekurangannya.
Tapi karena suatu bencana mendatangi kehidupan ku, kejadian itu jadi menyadarkan ku... hey, stop it all. Berhenti lah... dia bukan untuk mu, dan kau bukan untuknya. Seberapa lama kau menunggunya, mengharapkan keajaiban menghampiri mu, tak akan terjadi apa-apa. Karena yang ada di dunia hanyalah karma, bukan keajaiban.
“Ya... mau bagaimana lagi... aku sudah tidak bisa mengontrol perasaan ku. Otakku menyuruhku untuk memutar haluan ku. Tapi aku sudah ditengah lautan. Aku tak melihat tepi dimana pun. Tak bisa kembali, sekalipun otakku terus mengatakan untuk kembali. ... dan hati ku saat ini tidak bisa diajak kompromi... dia justru memperluas lautan yang ada. Aku harus bagaimana?” gumam ku panjang lebar sambil melamun. Disaat seperti ini, aku sendiri juga tidak mengerti, datang darimana kata-kata seperti tadi.
“Kau benar-benar galau, Elle.” Chelsea menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku tertawa pasrah, ya... itulah keadaan ku saat ini.
“Memangnya kau sudah melupakan Chas?” tanya Chelsea.
“Aku pikir sih, belum. Tapi disini...” ku tunjuk dadaku, dimana hati ku sedang bergumuruh. “Ia sudah mengatakan iya. Dan kau tahu siapa yang berada di dalam sini sekarang.”
“... Dan... darimana kau menyimpulkan kalau kau sekarang lebih menyukainya?” tanya Chelsea sekali lagi. Aku terdiam. Mengingat mimpi ku semalam. Seakan pemutar film, semua gambar-gambar mimpiku melintas di depan ku.
Lelaki itu, lelaki yang telah mengusir nama Chas keluar dari hati ku, semalam masuk ke dalam mimpi ku. Membuatku menangis. Memberitahukan ku yang sebenarnya. Karena mimpi semalam, sekarang semua jelas. Aku telah jatuh cinta padanya.
Ku ambil lagi kertas tadi, sekarang ku tulis nama lelaki itu diatas nya, setelah mencoret nama Chas. Yang sekarang ada di hadapan ku adalah huruf-huruf berbentuk “Ethan”. Ya... nama ini lah yang sekarang memenuhi hati ku.
Entah bagaimana caranya, dia bisa masuk ke dalam sini, membuat singgasana sendiri, dan bertahta. Hanya satu, dan hanya dia lah raja di dalam hati ku.
“Bisa coba sekali lagi kau ceritakan padaku? aku masih tidak mengerti, bagaimana bisa seorang Ethan membuatmu seperti hidup tidak mati pun tidak.” Ujar Chelsea, mengambil bantal kecilnya dan mengganjal perutnya, seakan sudah siap mendengar kisah ku yang panjang.
Untuk selama beberapa saat, aku hanya menatapnya. Dan hitungan detik berikutnya, bayangan ku sudah melayang terbang dari tubuhku. Kembali ke masa itu. Ke masa dimana semua ini dimulai...
Malam itu, malam dimana terjadinya bencana yang sebelumnya sudah ku sebut. Tak pernah sekali pun aku berpikir akan mengalami kejadian seperti ini. Kejadian dimana sahabat terdekat ku, sahabat yang sudah kuanggap keluarga ku, mengkhianati ku.
Mengkhianati? Hem... bisa di bilang tidak sejahat itu, mungkin. Tapi yang jelas, malam itu aku tahu... gadis yang kuanggap selama ini sebagai keluarga ku, bukanlah orang yang harusnya kupercaya lagi. Dan karena gadis itu lah, aku harus berhenti berharap pada Chas. Ya... mulai dari malam ini lah, aku berusaha membuang semua kenangan yang kubuat sendiri.
Di malam yang sama, datang lah dia, Ethan. Kami sudah dekat dari sebelumnya. Ya... kami memang berteman. Beda dengan Chas, aku mudah sekali akrab dengan Ethan. Seakan kami adalah teman lama, kami membicarakan apa saja. Hanya dalam waktu dekat, aku mengenalnya, ia pun mengenal ku.
Ethan, teman lelaki ku, yang awalnya membantu ku keluar dari masalah ini. Ia tahu siapa yang ku sayang, dia tahu semuanya. Aku memberitahukan padanya, apa saja. Karena aku percaya padanya. Dan sedikit demi sedikit, dia pun mulai membuka dirinya padaku.
Ya... pada akhirnya dia juga mempercayai ku, seperti nya. ia menceritakan masalahnya, mungkin tidak semuanya. Tapi aku senang. Ethan, seorang yang tertutup, sudah mau membuka dirinya padaku. kalau dipikir-pikir, aku tidak akan bisa berbuat banyak untuknya. Jadi sebenarnya percuma saja ia bercerita padaku.
Kurasa ia juga tahu, tapi ia tetap bercerita padaku. dan aku sangat senang... setidaknya ada seseorang yang mempercayai ku.
Waktu berjalan terus, dan aku tidak menyadari entah sejak kapan... tidak ada lagi Chas, semua sudah digantikan dengan Ethan. Kami memiliki nama panggilan yang berbeda dari yang lain. Kami juga punya pembicaraan sendiri, sekalipun sebenarnya kami sedang diantara yang lainnya.
Dia perhatian, melebihi keluarga ku sendiri. Dan aku pun melakukan hal yang sama sebagai timbal balik. Tidak ada yang tahu seperti apa hubungan kami. Tidak ada yang melihat seberapa dekat kami. Tanpa ia sadari, ia telah menanamkan cinta di dalam hati ku, yang tiap harinya akan tumbuh.
“Dan sekarang, kurasa aku sudah ketergantungan padanya. Kau tahu, hampir tiap malam dia memperlakukan ku seperti aku adalah orang yang istimewa. Mungkin hanya aku yang merasa, ...... tapi...”
“Ya. Kalau aku jadi kau, aku juga akan merasakan hal yang sama. Kita ini perempuan, Elle. Kita tidak berpikir logik, tapi merasakan apa yang harus dirasa.” Ujar Chelsea. “Hey, bagaimana kalau dia juga mempunyai perasaan yang sama dengan mu?”
“Tidak mungkin!” tegasku.
“Tau darimana? Kau sudah tanya padanya?”
“Ya mana mungkin lah!”
“Lalu kau tau darimana?”
“Coba saja deh kau pikir, Chelsea. Dibandingkan dengan gadis nya yang sebelumnya, aku ini jauh sekali. Lihat diriku? Apa yang bisa ku banggakan dari diriku? Nothing. Don’t kidding me!”
“Apa Ethan adalah tipe lelaki yang melihat penampilan? Kalau seperti itu, untuk apa perilakunya selama ini?” mendengar pertanyaan Chelsea, aku hanya bisa terdiam.
“I dunno. Maybe he just want to play with me?” gumam ku.
“Wah, jahat sekali dia kalau begitu.” Jawab Chelsea. Lagi-lagi aku terdiam. Aku tidak mau menganggapnya sebagai orang yang jahat, tapi di hati kecil ku, aku mengakuinya. Hey.. Ethan... apa maksud dari semua perhatian mu?
~@~@~@~@~
Kau tahu bagaimana rasanya, saat seorang yang sangat kau sayangi justru menyuruh mu bersama pria lain? ... itulah yang terjadi pada ku, malam ini. Aku sendiri tidak menyangka, ada pria lain yang tiba-tiba menyatakan cinta padaku. sedikit senang mengetahuinya, tapi... tidak bisa. Hati ku hanya untuk Ethan.
aku sengaja memberitahu kan Ethan, dengan maksud melihat bagaimana reaksinya. Yang kuharapkan adalah, dia melarang ku. Tapi pada kenyataannya, dia terlihat sangat bahagia. Hahaha... kehilangan diri ku bukanlah suatu masalah untuknya.
Sesak sekali, sampai rasanya tidak bisa bernapas. Tak terasa air mata menetes. Begitu mudahkan kau melepaskan ku? Hahaha... ternyata... tak perlu ku yakinkan segala, malam ini aku sudah tahu... kau tak pernah peduli. ya... you just wanna play with me :’)
“Kau sudah menerima pria itu?” tanya Ethan, dari sebrang sana. Tidak, dia tidak tahu kalau aku disini tengah menangis karena kata-kata yang ia keluarkan sejak tadi. Sebisa mungkin ku tahan. Aku tidak ingin ia tahu. Aku tidak mau ia melihat ku lemah. Hey... bodoh sekali... sekalipun ia tahu aku menangis, ia tidak akan berpikir ini karena dirinya, hahaha...
“Tidak.” Jawabku.
“Why? Bukankah kau menyukainya? Sudahlah terima saja. Pasti dia kan yang sejak kemarin kau pikirkan?”
“Kau sok tau.”
“Loh? Bukan?”
“Bukan.”
“Yasudahlah, terima saja. Mumpung tuh hahha.” Tawanya. Tidak mungkin, Ethan, karena aku mencintai mu. Tidakkah kau tahu?!
“Sebentar, ku jawab dia dulu.” Ujarku pada Ethan.
“Ha! Kau mau menerimanya kan? Hahaah selamat yaaa~”
“Tidak, aku menolaknya.”
“Loh? Kenapaaaa??”
“Karena bukan dia yang ku sayang. Sudahlah, sudah malam. Aku mau tidur. Bye.” Aku memutuskan hubungan kami sebelum ia bicara lebih jauh, yang berhujung menyakiti diriku.
Air mataku pun akhirnya keluar, sudah tidak bisa dibendung lagi. Sakit sekali. Sekalipun aku memukul dada ku, tetap yang di dalam jauh lebih sakit.
~@~@~@~@~
Rasanya melayang, dan dijatuhkan... aku sudah sering merasakan itu. Walau entah bagaimana caranya, aku justru semakin menyayanginya. Dengan caranya, dia bisa membuatku sangat bahagia, seperti hanya aku lah yang hidup bahagia di dunia ini. Tapi ia juga bisa membuatku jatuh, terperosok, ketempat yang sangat dalam dan gelap. Membuatku sesak, dan rasanya ingin mati saja.
Tapi aku tetap bertahan. Karena aku tulus. Aku serius dengan apa yang kurasa.
“Sudahlah, lupakan saja... mungkin memang sudah lebih enak menjadi sahabat...”
“Mungkin itu perilaku terhadap sahabat?”
“Tadi dia baik sekali padamu, dia tidak pernah melakukan itu pada siapapun.”
“Wah kalian terlihat cocok bersama.”
“... Dia.. menyukai orang lain...”
Berbagai perkataan orang hilir keluar masuk di otakku. Aku sudah tidak tahan, sepertinya sistem kerja otakku sudah tak berfungsi lagi. Cukup! Cukup sudah! Aku sudah berada di batas kemuakan ku!
Kuputuskan untuk memberitahukan semuanya pada Ethan. Ya... akan kukatakan apa yang kurasa selama ini. Entah bagaimana caranya, dia harus tahu, kalau aku menyayanginya. aku tidak berharap ia akan menerima ku, aku cukup senang dengan dia mengerti.
Walau itu artinya aku berbohong. Aku menyayangi nya, dan sekeras apa pun pikiran ku bicara “Sudahlah, melihatnya bahagia juga sudah membuat ku bahagia.” Tapi hati kecil ku berkata lain, ia melawan dengan “Aku menyayangi nya. aku juga ingin ia menyayangi ku.”
Dan seperti biasanya, malam... kegelapan malam lah yang selalu menemani ku. Kegelapan malam sudah biasa menjadi saksi bisu ku. Ya... malam itu, akhirnya kutumpah kan semua apa yang kurasa padanya.
Tak kusangka-sangka, ia meresponnya dengan baik. Walau... tak seperti yang ku ingin kan. Hahaha... aku senang, sekaligus sedih. Tapi aku tidak mau menangis lagi. Cukup sudah air mata ku. Aku harus bahagia untuknya. Dia tidak ingin aku bersedih.
Biar begitu, air mata ini tetap tak bisa ditahan. Turun tanpa bisa di kendalikan. Cinta... mengapa bisa terasa begitu menyakitkan? Bukankah cinta itu harusnya terasa menyenangkan?
Apakah aku adalah peran yang memang memerankan kisah sedih? Bagai susunan litosfer... aku adalah yang terbawah, dan tidak akan pernah beranjak keatas. Sekalipun aku bergerak keatas, maka tamat lah dunia.
Omong kosong untuk semua drama yang ku tonton. Tidak ada kehidupan yang sebegitu bahagia nya. sekali lagi aku disadarkan... tidak ada keajaiban, yang ada hanyalah sebuah karma. Dan aku harus memakan omongan ku sendiri. Thanks God.
~@~@~@~@~
Semenjak kejadian itu, tidak ada yang berbeda. Kami tetap seperti ini. Bersahabat seperti dulu. Walau tidak sedekat dulu. If because of my love that you keep a distances from me, it’s okay... then i’ll throw my love far far far away, to be closer with you again.
Yes... i still love him. And, we’re still like this. Nothing changes.
Mungkin sekali lagi, aku harus mengatakan pada diriku, dia bukan lah untukku. Dan aku bukanlah untuk dirinya.
Saat hati ini merasa lelah dan letih atas semua, saat itu lah aku akan beranjak pergi. Dan mungkin, itu adalah saat ini. Aku sudah lelah atas semua air mata yang keluar untuk dirinya. Aku sudah lelah dengan semua rasa kasih sayang yang terus ku simpan, dan kapan saja akan ku berikan pada Ethan.
Tapi aku sadar, ia tak akan pernah melihat ke sini. Mungkin salah besar saat ku bilang, “Aku akan selalu ada di belakang mu, menunggu mu. Mendukung mu. Dan tetap berada disini, menjadi rumah tempat kau kembali.”...
Itu semua salah, karena aku berada di belakang nya lah, Ethan tak pernah melihat ku.
Sekarang, aku akan mengambil langkah ku. Mengulang semuanya dari awal. Membenahi hati ku yang sudah berantakan. Aku memang masih menyayangi nya. Tapi aku sudah lelah. Aku memang masih mencintai nya. Tapi tak bisa... karena selain mencintai Ethan, aku juga membenci nya.
Ya... aku membenci nya... benci, mengapa aku harus mencintai mu, Ethan? Seandainya aku tidak mencintai nya, ini semua tidak akan terjadi. Kita tidak akan menjauh. Tidak akan ada tembok diantara kita. Aku membenci nya, mengapa aku tak bisa melupakan mu, Ethan?
Aku membenci nya, karena biarpun aku mengatakan akan melupakan nya, tapi aku tetap mencintai mu, Ethan...
Hey, Ethan...i just getting tired of this all... thank you :)
bye...
bye...
~@~@~@~@~
Salah jika kau mengatakan kisah cinta akan selalu berakhir bahagia. Kalaupun itu benar, berarti apa yang telah kuceritakan diatas bukanlah sebuah kisah cinta. Lalu apa? ...
=END=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar