Minggu, 06 Mei 2012

Voice of My Heart 2


Author : ARGE
Genre : Romance
Rate : General
Cast : Nam Woo Hyun (Infinite), Kim Hye Gi (OC)
Support cast : Kim Key Bum (SHINee), Lee Sung Yeol (Infinite)
Disclaimer : the characters were claimed by their self, I just claim the story and the plot.

~@~@~@~@~

*Woo Hyun pov*

Tak dapat bergerak. Aneh memang, tiba-tiba saja seluruh badanku membeku. Seakan suruhan otakku diabaikan begitu saja oleh seluruh organ tubuhku. Beberapa detik yang lalu, aku masih menikmati suasana yang ada diantara aku dan Hye Gi. Tapi tiba-tiba saja suasana itu meluap, digantikan dengan situasi canggung.

Namja itu datang. Namja itu tiba-tiba saja muncul di hadapan ku. menarik dan langsung memeluk Hye Gi. Apa aku harus menyaksikan ini? apa aku memang harus melihat ini? apa ini memang untuk menyadarkan diri ku agar tidak mengharapkan apa-apa?

“Kau kembali?” tanya Hye Gi. Aku terdiam di tempat ku berdiri. Sebenarnya tidak ingin melihat mereka. Tapi, bergerak saja rasanya tidak bisa, apalagi pergi?
“Aku tidak jadi pergi. Beasiswa itu dibatalkan. Aku tidak jadi pergi ke Kanada.” Jawab namja itu.
“Oh? Kenapa bisa?”
“Seseorang mengambil kesempatan ku. ternyata aku masih belum beruntung. Ah sudahlah, jangan bahas itu. Kau tahu, aku senang sekali bisa bertemu dengan mu. Nomor mu ganti? Kenapa tidak bisa ku hubungi? Aku jadi tidak tahu bagaimana harus mengabari mu. Aku juga tidak tahu dimana apartement mu, kau kan tidak pernah mengajak ku kesana.” Ujar panjang lebar namja itu.

Untuk beberapa saat aku mencerna apa yang sedang mereka katakan. Namja itu memangnya mau pergi? Mereka sempat lost contact?


“Ah... ahaha mian... aku membuang nomor lama ku.” jawab Hye Gi.
“Wae?”
“Karena ku pikir...... kalau aku menyimpan nomor itu terus, hanya akan mengingatkan diriku...... dengan mu, karena nomor ponsel kita yang mirip... jadi ya, ku buang...” jawab Hye Gi sambil menunduk. Tiba-tiba saja namja itu memeluk Hye Gi sekali lagi.
“Andwae... jangan lupakan aku.” Ujar nya. sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka??

“Mianhae, jeongmal mianhae Hye Gi-ya... maafkan atas apa yang kulakukan minggu kemarin. Toh, aku tidak jadi pergi. Jadi jangan lupakan aku. Mianhae...” lanjut namja itu.

... .......Jangan katakan... mereka sebenarnya sudah putus?! Itu sebabnya Hye Gi memberikan tiket nonton nya kepada ku bukan pada namja itu?? Jadi... namja itu berniat meninggalkan Hye Gi minggu lalu? Dan sekarang tiba-tiba saja datang, langsung peluk lagi! Namja macam apa itu!!

Aku baru saja mau bergerak maju, menarik Hye Gi agar menjauh dari namja macam itu, tapi terhenti... aku mengurungkan niat ku, saat melihat senyumannya. Hye Gi... dia tersenyum. Senyuman yang tak pernah ku lihat saat ia bersama ku.

“Sung Yeol-ah, bogoshipo...” bisik Hye Gi, yang entah kenapa aku masih tetap bisa mendengarnya. Sakit. Rasanya sakit sekali... kenapa harus aku yang menyaksikan ini?

~@~@~@~@~

“Akhir-akhir ini kau tampak lesu, Woo Hyun-ah.” Aku tersadarkan dari lamunan ku. ku lihat Key tengah menatap ku heran.
“Oh ya?”
“Ye. Ada apa? Sesuatu buruk terjadi?” tanya Key sekali lagi.
“Aku hanya sedang memikirkan nasib sahabat ku.” jawabku sambil mengganti chanel tv.
“Sahabat mu? Nugu? Memangnya dia kenapa?”
“Dia itu namja tampan, pintar, sudah punya kerjaan. Dia koki terkenal di restoran terkenal malah. Memang sih dia itu dingin, judes, cuek. Tapi sebenarnya dia tidak seperti itu, dia namja yang baik dan perhatian.” Cerita ku. Key langsung menatap ku dingin.
“... Memangnya kenapa dengan namja itu, huh? Ada masalah?” tanya Key sekali lagi.
“Aku hanya heran... sampai saat ini ia belum punya pacar. Di umurnya yang sudah mulai menua, sepertinya dia belum tertarik dengan yeoja. Aku hanya kasian saja. Kau kasian tidak dengan nya?” tanya ku padanya sambil menyengir. Dan aku sukses mendapatkan jitakan yang lumayan keras dari Key.
“Bercermin lah sebelum membicarakan nasib orang lain.” Ujar Key. Aku hanya tertawa melihatnya. “Lagipula, aku bukannya belum tertarik dengan yeoja kok.” Lanjut Key. Aku pun langsung terlonjak kaget.
“He? Jadi kau sudah normal sekarang?!” dan aku kembali mendapatkan jitakan keras darinya.
“Sejak kapan aku tidak normal memangnya!?” omel Key.
“Kau kan sister complex.” Jawab ku.

“... Kalau dengan Hye Gi memang beda... ah, kau tahu, aku sangat kesal dengan pacarnya! Hye Gi sering menceritakan dia padaku. tapi sudah setahun, dan sampai saat ini aku belum pernah bertemu dengan namja itu, Lee Sung Yeol. Palingan hanya lihat lewat foto yang ada di kamar Hye Gi, dan jujur saja itu membuat ku semakin kesal padanya. Bagaimana bisa foto Sung Yeol lebih banyak dari foto ku?!” gerutu Key.
“Pajang saja foto mu di kamar mu sendiri, Key.” Komentar ku. sebenarnya aku malas sekali membahas namja itu. Setelah ku tahu kenyataannya kalau namja itu sempat memutusi Hye Gi, meninggalkan Hye Gi hanya untuk beasiswa. Egois sekali. Tapi karena tidak jadi dapat beasiswa, dia kembali pada Hye Gi. Dulu aku sudah benci dengan nya, dan sekarang aku jadi semakin membenci nya.

“Woo Hyun-ah, kau sendiri bagaimana? Kau dan aku kan seumur. Kalau kau bilang aku sudah mulai menua, lalu kau apa kabar?” tanya Key
“Naega? ... haa haha...” aku justru tertawa.
“Aku tahu kau sedang menyukai seseorang, kan? Dari dulu bahkan, ya kan?” tanya Key lagi, membuatku membeku. Aku memang merahasiakan nya dari Key. Karena jujur saja aku merasa tidak enak dengannya. Kami bersahabat sejak dulu. Aku tahu Key sangat menyayangi adik nya. dia pasti tidak akan main-main kalau sudah berhubungan dengan Hye Gi. Key selalu ingin yang terbaik untuk Hye Gi. Dan kalau ia sampai tahu aku menyukai adiknya... entah apa yang akan terjadi setelah itu...

“Aku merasa di khianati.” Ujar Key. Aku pun semakin membeku. Jadi... Key sudah tahu? Tamatlah aku... “Aku jadi merasa kau tidak mempercayai ku...” lanjutnya.
“Key, mian...” jawab ku, merasa bersalah padanya.
“Bagaimana bisa kau tidak menceritakan mengenai orang itu pada ku?! aku ini sahabat mu bukan sih?!”
“Eh??” bingung ku.
“Selama ini aku sudah menahan-nahan, menunggu sampai kau bercerita padaku tentang yeoja ini. kapan kau mau menunjukkan padaku yeoja yang kau sukai? Atau setidaknya cerita tentang dirinya?!”
“Jadi... kau belum tahu siapa yang ku sukai?”
“Bagaimana bisa tahu kalau kau sendiri tidak pernah cerita?!” kesal Key. Ah... aku lupa, Key kan orang sibuk. Tidak ada waktu untuk menyelidiki apa-apa ya. Ahahaha... syukurlah...

“Yah... aku tidak tahu kapan aku bisa mengenalkannya padamu. Aku sendiri saja rasanya tidak mungkin memilikinya.” Ujarku.
“Wae?” bingung Key.
“Karena dia sudah mencintai orang lain.” Jawabku.
“... Oh... kure? mian...” gumam Key, jadi merasa tidak enak.
“Hey, biasa saja lah. Aku saja biasa saja.” Bohong ku. tidak mungkin aku biasa saja, apalagi semenjak kejadian kemarin. “You don’t believed with love at the first sight, aight? But that thing happen to me. Aku sendiri juga tidak mengerti. Sudah berkali-kali aku mencoba melupakannya, tapi tak bisa. Sekalipun ia sudah bersama orang lain, ia tetap mengganggu pikiran ku. sampai saat ini... and I dunno when I can forget her.” Cerita ku. Key hanya diam saja. Untuk selama beberapa saat kami saling terdiam.

“Seandainya yang menjadi pacar Hye Gi adalah kau, aku pasti tenang.” Ujar Key tiba-tiba. Bagai ada sesuatu yang meledak, aku terlonjak kaget. Sangat kaget. Aku menatap Key tidak percaya. Apa yang barusan ia katakan?!

“Daripada dengan namja yang tidak ku kenal sama sekali, aku lebih suka Hye Gi dengan mu. Tapi yah... Hye Gi sudah punya pacar, dan kau sudah punya yeoja yang kau cintai. Padahal dulu aku pernah mau menjodohkan kalian. Sayang sekali......” bagai bisa membaca pikiran ku, ia mengulang sekali lagi ucapannya dan memperjelasnya.
“E-eh?!” aku masih menatap Key tidak percaya.

Tiba-tiba ponsel Key berdering, ia memperhatikan selama beberapa detik, lalu menatap ku kembali.

“Aku harus kembali. Woo Hyun-ah, semangat lah! Jangan lesu lagi. Aku pulang dulu, ya.” Pamitnya tiba-tiba, dan Key pergi begitu saja seperti sedang terburu-buru. Meninggalkan aku yang terbengong-bengong. Aku tidak salah dengar kan tadi?

~@~@~@~@~

*Gi Hae pov*

Aku membuka pintu apartement ku, sampai ku dengar suara orang yang sedang bertengkar. Aku dengan segera masuk ke dalam. Saat itu lah, aku melihat sosok nya. sosok namja paruh baya, yang sudah sangat lama tidak kulihat. Bukan sudah lama lagi, tapi aku bahkan nyaris tidak pernah melihatnya seumur hidup.

“Appa...” gumam ku pelan. Ku lihat appa sedang bicara dengan namja lainnya, jelas itu Ki Bum oppa. Keduanya sedang bertengkar. Sebenarnya ada apa?

“AKU SUDAH BILANG, AKU TIDAK AKAN PERGI KEMANA-MANA!!” bentak Ki Bum oppa, membuatku membeku di tempat. Pertama kalinya aku melihat Ki Bum oppa semarah ini. aku memang benci pada appa, tapi memangnya apa yang terjadi? Ki Bum oppa tidak pernah membentak orang lain seperti tadi.
“Tapi kau adalah anak laki-laki ku satu-satunya. Siapa lagi yang akan meneruskan perusahaan kalau bukan dirimu?” tanya appa dalam nada tenang.
“Itu sih kau pikirkan saja sendiri. Lagipula sejak kapan aku jadi anak mu? Bukankah selama ini kau pergi meninggalkan kami?! Kenapa kau tidak cari ‘anak’ lain di luar sana? Yang lebih pantas untuk meneruskan perusahaan hebat mu itu, huh?! Toh memang sejak awal aku bukan anak kandung mu!”

“KIM KI BUM!!” tiba-tiba appa membentak Ki Bum oppa. Membuat Ki Bum oppa berhenti. “Aku bekerja disana, menjalankan perusahaan di Amerika, itu juga demi keluarga kita! Siapa yang membiayai mu selama ini kalau bukan aku?! Lalu ini sikap mu pada ku?!”
“Aku masih bisa hidup tanpa mu, Jung adjusshi.” Ujar dingin Ki Bum oppa.
“Sudahlah. Kau tidak mau pun, kau akan tetap pergi ke Amerika. Jangan sampai aku memakai kekerasan, Ki Bum.” Ujar appa memperingati.

“Apa maksudnya?” tanya ku, akhirnya bersuara. Ki Bum oppa tersentak kaget. Keduanya baru menyadari kalau sejak tadi aku memperhatikan mereka.
“Hye Gi, kau sudah pulang?” tanya Ki Bum oppa, menghampiri ku.
“Kau mau pergi kemana oppa?” tanya ku lagi. Ki Bum oppa hanya menatap ku dalam diam, sambil mengelus kepala ku lembut.
“Hye Gi, Ki Bum akan menerusi perusahaan di Amerika. Dia akan ikut appa ke sana.” Ujar appa, menjawab pertanyaan ku.
“Aku tidak akan pergi, Hye Gi. Tenang saja.” Celutuk Ki Bum oppa.
“Tidak ada lagi yang bisa meneruskan perusahaan appa, selain Ki Bum. Kau bisa mengerti kan? Ini kan juga demi kebaikan kalian.” Sambung appa lagi.
“Jangan dengarkan dia, Hye Gi-ah.” Celutuk Ki Bum oppa lagi.
“Atau kalian memang lebih memilih aku memakai kekerasan?” tanya appa kali ini, membuat ku dan Ki Bum oppa terdiam. Kekerasan? Memangnya apa yang akan appa lakukan pada Ki Bum oppa? Dia tidak akan berbuat yang tidak-tidak, kan?

Aku dan Ki Bum oppa saling bertatapan. Matanya memancarkan kekhawatiran. Baru kali ini aku melihat ia tampak begitu depresi. Aku pun memeluk nya, membiarkan air mata mengalir keluar.

“Aku tidak mau Ki Bum oppa terluka...” gumam ku. Ki Bum oppa tidak bicara apa-apa. Ia hanya balas memeluk ku sambil mengelus lembut kepala ku. “Aku tidak mau terjadi apa-apa pada Ki Bum oppa, karena hanya dia yang ku miliki. Tapi kalau mempertahankan Ki Bum oppa disini justru membuat dia terluka... aku lebih baik membiarkan Ki Bum oppa pergi.”
“Hye Gi-ah! Sudah ku bilangkan?! Aku tidak ak-...”
“Ku mohon oppa...” aku memeluk Ki Bum oppa lebih erat. Dia terhenti. Dapat kurasakan sesuatu menetes di kepala ku. Ki Bum oppa menangis dalam diam.

“Dengarkan adik mu, Ki Bum. Lagipula, apa kau mau adik mu juga terluka?” tanya appa lagi.

“...... Baiklah...” jawab Ki Bum oppa akhirnya. “... Aku akan pergi, ikut dengan mu. Senang?”
“... Baguslah kalau begitu. Akan ku telepon anak buah ku untuk membereskan barang-barang mu. Sekarang... kau istirahat saja dulu.” Ujar appa. Ia pun pergi begitu saja, tanpa bicara apa-apa lagi. Biarpun appa sudah pergi, aku dan Ki Bum oppa masih saling berpelukan. Aku tidak mau kehilangan Ki Bum oppa, bagaimana pun juga. Tapi...... aku juga tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya.

“Aku janji akan kembali lagi nanti. Aku akan kembali lagi pada adik ku. tak apa oppa pergi sementara?” tanya Ki Bum oppa lembut. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. “Oppa usahakan, oppa tidak akan pergi lama. Jadi tunggu oppa...”

~@~@~@~@~

Aku membuka mata ku. rasanya berat sekali. Aku bangun dari tidur ku, menatap diriku lewat pantulan cermin. Berantakan sekali. Wajah ku kacau sekali. Mata bengkak, sangat bengkak. Semalaman aku menangis. Semalaman... loh?

Seingat ku semalaman aku dan Ki Bum oppa begadang, menonton film bersama. Kenapa aku bisa ada dalam kamar? Dengan segera aku keluar dari kamar, dan... kosong. Aku tidak mencium aroma lezat yang selalu ku cium tiap paginya. Aku melangkah ke dapur, tidak ada... tidak ada Ki Bum oppa di sana. Meja makan kosong, yang ada hanya secarik kertas, dengan beberapa kata singkat tertulis di atasnya.

“Tetap lah tersenyum. Aku akan segera kembali. Jaga dirimu baik-baik. Oppa akan sangat merindukan mu. Sangat. Saranghaeyo, na dongsaeng :’)”

Saat itu juga, aku langsung melemas. Tidak mungkin... padahal semalaman aku memeluk dirinya. tapi pagi ini, jangankan melihatnya, berpamitan saja tidak sempat. Secepat itu kah dia pergi? Rasanya sakit sekali, lebih sakit daripada saat Sung Yeol pergi meninggalkan aku.

Ku dengar sesuatu berdering, ku lihat ke atas meja. Tergeletak sebuah ponsel yang sudah sangat ku kenal. Bukankah ini ponsel milik Ki Bum oppa? Kenapa ada disini? Apa... memang sengaja di tinggal? Apa aku dan Ki Bum oppa tidak boleh saling berhubungan? Atau apa?

Ku lihat, Woo Hyun oppa menelpon ke ponsel Ki Bum oppa. Aku pun mengangkat telepon itu.

“Yobboseyeo? Key?! Key, kau belum pergi ka-...”
“Oppa......” gumam ku pelan, air mata ku kembali mengalir begitu saja saat mendengar suara nya.
“H-Hye Gi?” ia memanggil ku, tapi aku sudah tak dapat menjawab lagi. Aku sudah menangis terlalu keras. “Tu-tunggu aku!” Woo Hyun oppa menutup teleponnya. Tak lama kemudian ku dengar seseorang membuka pintu depan. Aku menoleh dan melihat Woo Hyun oppa berdiri tidak jauh dari ku. wajahnya tampak cemas.

“Oppa...” melihat nya, aku semakin menangis. Aku sampai tak bisa melihat, mataku tertutup oleh air mataku. Ku rasakan dia memeluk ku. pelukan nya hangat, seperti waktu malam itu. Ia mengusap-usap lembut punggung ku. tapi ia tak bicara apa-apa. Ia hanya diam, membiarkan aku menangis dalam pelukannya.

Aku pun balas memeluknya. Membiarkan semua sakit hati ku keluar. Membiarkan air mata ini mengalir terus, tanpa bisa dihentikan.

Aku terus menangis, dan Woo Hyun oppa sama sekali tidak bicara, bahkan melepaskan pelukannya. Dia terus mengusap-usap lembut punggungku, seakan memberikan ku kekuatan yang ia punya. Sampai akhirnya tidak ada lagi yang mampu keluar, air mata ku rasanya seperti habis. Sekarang aku hanya bisa sesegukan. Baru Woo Hyun oppa melepaskan pelukannya, mendengak kan wajah ku, dan dengan lembut ia menghapus sisa-sisa air mata ku dengan jarinya.

“Sudah tenangan?” tanya nya lembut. Aku hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Rasanya tenggorokan ku kering, sehingga ku pikir tak akan ada suara yang bisa keluar. “Mumpung hari ini hari minggu, libur, bagaimana kalau kita jalan-jalan?” tawarnya.

Aku hanya menatapnya heran. Jalan-jalan? Disaat seperti ini? “Bukankah lebih baik keluar? Melupakan semuanya?” tanyanya, seakan dapat membaca pikiranku. “Sekarang kau mandi lah. Aku juga mau mandi dulu. Akan ku bawa kau ke tempat yang hebat.” Senyumnya.

Dia mengacak-acak rambut ku pelan, mengangkat ku berdiri dari duduk ku. “Mandi lah. ... atau kau mau aku yang memandikan mu?” tanyanya sambil tersenyum menggoda seperti biasanya. Aku langsung memelototi nya, sementara ia langsung tertawa. “Bercanda. Aku hanya bercanda. Yasudah sana mandi.”

Sesuai perintah nya, aku pun mandi. Setelah itu aku kembali berpakaian, dan langsung keluar dari kamar apartement ku. ku lihat ia sudah menunggu ku, menyender di depan pintu apartement nya. ia tersenyum saat melihat ku sudah di hadapan nya.

“Pakai lah ini.” ia memakaikan ku jaket yang cukup tebal berwarna putih. “Warna kesukaan mu, kan?”
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanyaku, akhirnya bersuara.
“Apa sih yang tidak ku ketahui tentang mu?” tanyanya balik.
“Maksud mu?” aku menatapnya bingung.
“Hangat?” ia justru menanyakan hal lain. Aku hanya menatapnya penuh tanda tanya. Woo Hyun oppa memang tak dapat ditebak pikirannya. “Kajja.” ia menarik tanganku, menggenggam nya. aku merasakan kehangatan tangan Woo Hyun oppa, dan... ku rasa aku menyukai kehangatan ini. aku pun diam saja, sekalipun ia terus menggenggam tangan ku, sampai akhirnya kami tiba di parkiran.

Ia mengambil helm, memakaikan nya pada ku. ia mengambil satu lagi, dan melakukan hal yang sama pada dirinya sendiri. “Naiklah.” Suruhnya lembut. Aku pun menurut. Motor Woo Hyun oppa memang terlalu tinggi untuk ku, aku lagi-lagi nyaris terjatuh saat mau naik keatasnya. Tapi Woo Hyun oppa langsung menahan tubuh ku. ia pun membantu ku naik.

“Sepertinya lain kali aku harus mengajak mu main basket atau berenang, nih. Biar tulang mu memanjang sedikit.” Ujarnya sambil menghela napas. Aku pun memukulnya, kesal.
“Motor mu saja yang terlalu tinggi, oppa!” omel ku.
“Ah masa? Buktinya aku bisa naik dengan mudah.”
“Ya itu karena kau tinggi!” (tinggi -__-?? Hyegi udah gila kayanya. *author dirajam Woohyun*)
“Nah aku tinggi, kan? berarti kau yang tak bisa naik, di sebut apa?” tanya nya. aku pun hanya bisa cemberut, tak bisa menjawab. Karena jawabannya sudah pasti mempermalukan diriku sendiri. Sementara ia tertawa senang. Dasar, nyebelin!

“Ahahaha mian, mian. Sudah, jangan ngambek gitu ahahaha.” Ia meminta maaf, sekali pun masih menertawaiku. Tak lama kemudian, dia pun naik keatas motornya sendiri, menyalakan mesin, lalu jalan.
“Oppa, memangnya kita mau kemana?” tanya ku dari belakang.
“Lihat saja nanti. Ah, ya Hye Gi-ah, pegangan lah yang kuat. Jangan sampai terjatuh.” Ujarnya memperingati.
“He? Memangnya kena-gyaaaaaaaa!!” baru saja aku mau bertanya, tiba-tiba saja Woo Hyun oppa melajukan motornya sangat kencang. Reflek aku langsung memeluk tubuhnya dari belakang. Ini bukan kencang lagi, tapi sangaaat kencaaang!!

“YAK, OPPA!!! JANGAN KENCANG-KENCANG!!” teriakku dari belakang. Tapi ia tidak peduli, ia mencueki ku dan terus melaju kencang. “OPPA!! KALAU KECELAKAAN BAGAIMANA?!! KAU BISA DIMARAHI KI BUM OPPA, TAHU!! YAK NAM WOO HYUN!! LIHAT NANTI PULANG AKAN KU... laporkan... pada Ki Bum oppa......”

Aku baru teringat... tak ada lagi Ki Bum oppa. Apapun yang terjadi padaku, Ki Bum oppa tidak akan tahu lagi. Tidak ada tempat aku mengadu lagi. Tidak ada orang yang akan mendengarkan apa saja keluhan ku. mengingat ini semua, membuatku kembali menangis. Aish, Hye Gi. Kau cengeng sekali! Padahal kau sendiri yang mengatakan kau sudah besar, kau bisa mengurus dirimu sendiri. Pada kenyataannya... kau terlalu bergantung pada oppa mu. Ppaboya...

“Hye Gi... biarkan semuanya terbang terbawa angin. Keluarkan saja semuanya. Tinggalkan sedikit demi sedikit sakit dihati mu, seperti apa saja yang kita lewati, tertinggal begitu saja di belakang.” Ujar Woo Hyun oppa dari depan. Jadi... dia sengaja melaju kencang? Agar aku memanfaatkannya, mengeluarkan semuanya? Lucu sekali, aku baru menyadari nya... kenapa Woo Hyun oppa begitu mengerti diriku? Dia tahu tadi aku belum mengeluarkan ‘semuanya’?

Aku pun tidak menunggu apa-apa lagi, langsung menangis. Menangis kencang. Bahkan aku sampai berteriak. Melepaskan semua yang sudah menumpuk dalam hati ku. “AKU BENCIIIII!! AKU BENCI MEREKA!! AKU INGIN KI BUM OPPA KEMBALI! AKU INGIN KI BUM OPPA TETAP BERSAMAKU!!” aku berteriakan. Tentu tak ada yang mendengar, karena Woo Hyun oppa melaju terlalu cepat. Hanya dia lah yang bisa mendengar itu semua.

“BODOH!! APPA BODOH!! APPA KEJAM!! AKU BENCI APPA!! BENCI!!  KENAPA DIA LAGI-LAGI MENGAMBIL MILIKKU?! BAHKAN MENGAMBIL APA YANG MENJADI MILIKKU SATU-SATUNYA?! AAAAHH!! AKU BENCIII APPPAAAA!!”

Sampai akhirnya, aku berhenti menangis dengan sendirinya. Rasanya lega. Memang itu semua tidak membuat masalah selesai, tidak membawa Ki Bum oppa kembali. Tapi setidaknya, dalam hati ku sekarang sudah lega. Semua yang ada di dalam sudah ku keluarkan tadi. Tertinggal jauh dibelakang kami.

“Lega?” tanya Woo Hyun oppa, dan aku baru menyadari kalau motor sudah berhenti. Aku pun tersenyum kearahnya dan mengangguk yakin. Ia pun balas tersenyum. Ia melepaskan helm di kepala ku dengan lembut, begitu juga dengan helm nya. “Baguslah, kalau begitu.” Ujarnya.
“Gomawo...” gumam ku.
“Chenma. ...... Kau tahu, Key itu sering sekali membanggakan diri mu di depan ku. dia juga sering bilang, kalau kau sangat manis kalau sedang tersenyum.” Cerita Woo Hyun oppa, dan itu membuatku jadi tersenyum kembali. “Dan aku setuju. Kau memang tampak manis saat sedang tersenyum. Jadi... terus lah tersenyum.” Woo Hyun oppa mengelus kepala ku lembut.

Ia turun dari motornya, melangkah ke depan, merenggangkan otot-otot tubuhnya. Sementara aku jadi terus terdiam disini, menatapi punggungnya. Untuk sesaat tadi, jantung ku berdebar kencang. Debarannya sangat kuat, sampai rasanya sesak. Ada apa?

“Kalau dipikir-pikir, bukan hanya kau, aku juga sebenarnya sudah ketergantungan pada nya. dia memang namja hebat, dapat diandalkan. Rasanya aneh, mulai hari ini aku tidak bisa melihat dia lagi. Tidak akan ada celoteh nya, tidak akan ada jitakan nya, tidak akan ada tatapan maut nya.” ujar Woo Hyun oppa, sambil masih membelakangi ku.

“Kesal memang. Tapi mau bagaimana lagi? Toh kalau pun aku bersedih disini, tidak akan merubah apa-apa. Aku yakin, Key disana juga sedih.” Woo Hyun oppa membalikkan badannya, menghampiri ku, menatap ku dalam. “Dia sangat menyayangi adiknya. Dulu ku pikir dia tidak akan menikah, selain dengan mu.” Lanjutnya, membuatku tertawa pelan mendengar kalimat terakhirnya.

“Key tidak akan meninggalkan adiknya sendirian. Jadi percayalah padanya, dia akan segera kembali lagi. Key pasti sedang berjuang disana, agar bisa kembali pada mu. Jadi kau jangan sedih lagi, kau juga berjuang lah. Buat dia bangga saat dia kembali ke sini. Kau harus buktikan padanya, kalau kau memang Kim Hye Gi, adik Kim Ki Bum. Arasseo?” ia mencubit hidung ku.
“Yak!” kesal ku. sementara ia tertawa.
“Hey, ayo turun dari motor. Tadi aku bilang kan, akan membawa mu ke tempat yang hebat?” ajaknya. Aku memandang ke sekitar, dan aku baru menyadarinya. Saat ini kami ada di Lotte World!

*Woo Hyun pov*

“Wuaaah!! Daebak!!” kagum Hye Gi, yang berada tepat disampingku. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya. Aku ingat cerita Key, dari dulu Hye Gi selalu minta pergi ke Lotte World. Tapi karena Key sibuk, ia tak pernah bisa mengabulkan keinginan adiknya itu.

“Hye Gi-ah, bagaimana kalau aku menantang mu.” Ujarku. Ia menoleh dan menatap ku bingung. “Kita kuat-kuatan bermain di wahana. Bagaimana?”
“Boleh saja! Ku terima tantangan mu. Lalu yang menang dapat apa?” tanyanya.
“Hem... yang menang...... ah, bagaimana kalau yang kalah akan bernyanyi diatas panggung, disana.” Aku menunjuk kearah sebuah panggung besar yang sedang sepi. Panggung itu memang untuk acara nanti malam. Biasanya ada banyak yang mengisi acara disana.
“... Omo...” Hye Gi menatapi panggung.
“Takut?” aku menatapnya mengejek. Dia langsung menatap ku tegas.
“Tidak. Baiklah! Aku pasti akan menang!”
“Darimana kau dapat keyakinan seperti itu, Kim Hye Gi. Sudah pasti aku yang akan menang. Kau kan bocah. Pasti lemah!”
“Lihat saja nanti, adjusshi!” dia melewek. Sialan memang anak ini -__-

~@~@~@~@~

“Ahahahaha!! Nam Woo Hyun! Namja berumur 21 tahun, tinggal di apartement di kota Seoul seorang diri. Hari ini mau tidak mau kau harus bernyanyi diatas panggung itu, Nam Woo Hyun-sshi.” Senang Hye Gi meledek ku. aku sudah tak berdaya, hanya bisa duduk salah satu bangku. Menerima apa saja yang dikatakan Hye Gi. Sial... aku tidak tahu kalau Hye Gi sangat kuat. Sudah berapa wahana kami naiki, bahkan nyaris semuanya. Aku sudah kehilangan tenaga ku, sedangkan yeoja itu masih bersemangat.

Aku kalah telak -_-

“Nih, minum dulu.” Hye Gi mengulurkan sebuah kaleng minuman kearah ku.
“Gomawo.” Yah... setidaknya dia masih mau berbaik hati membelikan ku minuman. Hye Gi duduk disamping ku, menatapi orang-orang yang berlalu lalang di depan kami. Aku pun jadi ikutan menatapi mereka. Beberapa diantara mereka ada yang memakai pakaian aneh. Costplay? Oh? Ada festifal?
“Seru ya, memakai kostum seperti mereka. Lalu bersenang-senang disana.” Gumam Hye Gi.

Untuk beberapa saat aku tenggelam dalam pikiran ku. aku memandang ke sekitar, sampai akhirnya mata ku terpaku pada sebuah toko, dimana di dalamnya ada beberapa dress terpampang di kaca depan. ... aku teringat akan sesuatu. Aku pun langsung berdiri, Hye Gi menatap ku heran.

“Tunggu disini sebentar ya. Aku akan segera kembali.” Suruhku. Belum sempat ia menjawab apa-apa, aku langsung berlarian menuju toko tadi. Sampai toko itu, aku mencari dress yang ku mau. Ketemu!! Tanpa tunggu apa-apa lagi, aku pun membeli dress itu. Baru saja mau keluar, aku melihat satu set pakaian tuxedo. Aku terhenti, dan menatap pakaian ku sendiri. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli tuxedo itu juga.

Aku kembali ke tempat Hye Gi. Ia menatap ku heran. Aku pun mengulurkan bungkusan dimana di dalamnya ada dress yang tadi ku beli. Ia menerimanya dengan wajah bingungnya itu. Saat ia lihat apa yang ada di dalamnya, ia kembali menatap ku.

“Aku ingat, waktu itu kau berdiri di depan wedding dress. Memang sih, dress yang ku beli tidak sebagus yang itu, aku tidak mampu membeli yang seperti itu sekarang hahaha.” Ujarku. Ia masih menatapku kebingungan. “Buat mu.” Lanjutku. Baru ia menatap ku kaget.
“Ha? Tapi untuk apa? Maksud ku kenapa tiba-tiba??”
“Kau ingin seperti mereka kan?” aku menunjuk kearah orang-orang yang memakai kostum tadi. “Kita juga bisa ikutan.” Cengir ku sambil mengeluarkan tuxedo ku.
“Ta-tapi... kau tak perlu repot-repot begini...” dia masih menatap ku kaget.
“Gwenchana. Toh, dress itu tidak sebagus wedding dress yang waktu itu kau perhatikan.”
“Anniyaaa, ini... ini sangat indah. Gomawo.” Senyumnya lebar. Aku terdiam untuk beberapa saat, memperhatikan senyumannya. Senyuman yang selalu ku suka. Senyuman yang tadinya ku pikir tak akan pernah untukku.

“Aku ganti pakaian dulu.” Senangnya. Ia pun dengan segera menuju toilet, begitu juga dengan diriku. Setelah selesai berganti pakaian, aku pun keluar. Ku tatap diriku sendiri. Tuxedo hitam, kemeja putih di dalamnya, tidak lupa dengan dasi pita yang biasa dipakai para pengantin pria. Aku jadi tersenyum sendiri, membayangkan akan jadi seperti apa Hye Gi nanti.

“Oppa, lama?” tanya seseorang dari belakang, yang kukenal suara itu adalah suara Hye Gi. Aku pun membalikkan badan ku, dan saat itu juga, aku langsung terdiam. Ia berdiri di depan ku, tersenyum. Dress putih selutut, yang atas nya berbahan bulu-bulu lembut. Rambut blondenya ia sanggul ke atas, memperlihatkan leher nya. Ia pun memakai tudung kepala transparant, yang biasanya dipakai para pengantin wanita. God......

“Oppa?” panggil Hye Gi menyadarkan ku. “Secantik itukah aku sampai kau terpesona?” tawanya, akupun jadi ikutan tertawa.
“Sudah sepantasnya namja setampanku berdampingan dengan yeoja yang cantik seperti mu, kan?” balasku, ikutan memuji diriku sendiri. Hye Gi hanya terus tertawa mendengarnya. Aku mengulurkan tangan ku, tersenyum padanya. “We gonna make they amazed by looking us. Come on.”
“Okay.” Hye Gi menyambut uluran tangan ku. Dan kami berdua pun masuk ke dalam sekumpulan orang-orang yang memakai kostum tadi.

Tidak kerasa, matahari pun sudah bergantikan dengan bulan. Seharian ini aku dan Hye Gi benar-benar bersenang-senang. Beberapa orang foto bersama kami, bahkan ada yang berkenalan. Aku dan Hye Gi sudah seperti artis benaran saja, wajarlah aku kan tampan ahahaha. Kami berdua juga tidak melewatkan kesempatan untuk ikut partisipasi dalam festival. Sampai akhirnya, tiba waktu acara panggung. Jantung ku pun langsung berdebar kencang, mengingat aku harus naik keatas sana dan bernyanyi. Sial... kenapa aku mengusulkan ide ini sih tadi, sekarang aku menyesal...

“Woo Hyun oppa, fighting!” Hye Gi memberiku semangat, sambil duduk di salah satu bangku dan menikmati cemilannya. Enak sekali dia, tanpa rasa nervous sedikit pun. Aku hanya bisa mengasihani diriku sendiri sekarang. Aku pun bangun dari dudukku, memandang Hye Gi sebentar, yang tersenyum dengan wajah tidak sabaran menanti penampilan ku nanti.
“Hye Gi, lihat penampilan aku.” Ujarku.
“Tentu saja, oppa. Kurasa tidak ada yang lebih seru untuk di lihat daripada penampilan mu nanti. Selamat menikmati hukuman, oppa.” Tawanya. Sial memang anak itu...
“... Ara..” aku pun menjauh sambil menunduk lesu. Tiba-tiba terlintas ide dalam pikiran ku. Aku pun membalikkan badan, dan menatap Hye Gi sekali lagi. “Lagu yang akan ku nyanyikan nanti, ... untukmu.” Senyumku. Lalu kembali melangkah.

Aku mengatakan maksud ku pada panitia, dan herannya mereka setuju saja membiarkan aku ikut dalam acara panggung. Untuk selama beberapa saat, aku menunggu giliran ku tampil, sampai akhirnya salah satu panitia memanggil ku.

“Nam Woo Hyun-sshi, giliranmu.” Ujarnya memberitahukan ku. Saat itu juga tangan ku terasa dingin, semuanya terasa dingin. Aaah.. aku paling tidak suka nervous begini. Rasanya menyiksa! Aku pun naik keatas panggung perlahan, memperhatikan semua mata yang tengah melihat kearah ku. Dan terakhir, mataku terpaku pada satu sosok kecil yang duduk sedikit menjauh dari yang lainnya. Hye Gi tengah tersenyum kearahku. Aku pun tersenyum, berharap ia bisa melihat senyuman ku hanya untuknya, bukan untuk penonton lainnya.

“Eng... annyeonghaseo...” aku memegang mic yang ada di depan ku. “Chonun, Nam Woo Hyun imnida. Eng... aku.. aku disini ingin membawakan satu lagu. Lagu ini ku persembahkan untuk seseorang yang sedang menonton ku saat ini. Eng... ... kuharap kalian semua suka.” Ujarku panjang lebar sambil malu-malu.

Dapat ku dengar beberapa orang bertepuk tangan, bahkan ada yang bersiul. Mungkin mereka pikir, aku bernyanyi disini untuk menyatakan perasaan ku. Pada kenyataannya, kalau ada yang berpikir seperti itu, mereka benar. Ya... aku memang ingin sekalian menyatakannya. Walaupun aku tahu... Hye Gi tak akan pernah menyadarinya.

Ku tarik napasku dalam-dalam, ku genggam mic di depan ku erat, lalu...

“Honestly I didn't know at first. Though there was a coincidental meeting.
Until now more than happiness. I learned a lot more about pain.
I had a lot of tears. But I'll only give you laugh.
I finally found my other half. My heart is racing like this...

I found you, my love, the person I've been looking for. I want to embrace you passionately.
Stay still and close your eyes. So that I can kiss you.
I love you, I love you. I found you, the one person to stay beside me...

 I had closed my heart. But to you I'll give my heart.
I finally found my other half. My heart is racing like this.
I found you, my love, the person I've been looking for. I want to embrace you passionately
Stay still and close your eyes. So that I can kiss you.
I love you, I love you. I found you, the one person to stay beside me...

The person who embraced my wounded heart and painful scars.
I want to give you even more love always. I found you, my love, the person I've been looking for.
I want to embrace you passionately. Stay still and close your eyes.
So that I can kiss you...

Thank you for coming to my side...” –( Found You, JYJ)

To be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar